C I N T A
Aku
melambatkan laju mobilku, belok ke kanan dan parkir di area khusus pengunjung
pantai. Kumatikan mesin, menjatuhkan diri kesandaran, hhgggg…. tubuhku
terasa letih sekali, aku memejamkan mata… terbayang dua wajah dihadapanku…
wajah mama memandangku dengan tajam…. hiiih… dan wajah istriku tersenyum
lembut…. ouch…..sungguh iba aku
dibuatnya.
Ahh yah….
sore ini aku ingin sendiri… sendiri memikirkan masalahku… masalah istriku….
masalah keluarga kami…. yang entah sampai kapan akan berakhir. Aku membuka
pintu, keluar, mengunci “bib.. bib”, lalu berjalan ke arah teras pantai dengan
langkah yang tak pasti.
Pantai
kenangan, di sini aku bertemu dengan seorang gadis -yang menurutku- cantik, tujuh belas tahun yang lalu. Hmm… banyak
sekali kenangan yang indah telah terjadi di sini. Gadis cantik yang aku kenal
itu, kini sudah menjadi istriku. Sepuluh tahun kami berpacaran… dan enam tahun
sudah kami menikah.
Ahh… mengapa
hal ini harus terjadi….? Mengapa KAU melakukannya pada kami Tuhan ?
Aku masih tetap
berjalan menelusuri pasir pantai yang putih. Langit terlihat cerah, meski sudah
pukul setengah lima
sore, langit masih cerah. Tiba-tiba….. tik…tik…tik…bruuuyyy….. hujan jatuh dari
langit…. aku segera berlarian menuju teras pantai yang kulihat ada sebuah
gubuk. Aneh ! cuaca cerah…. koq
tiba-tiba bisa hujan deras begini ?
“Permisi…”,
pintaku sambil masuk ke gubuk itu
“Oh,
silahkan….”, jawab seorang gadis yang sudah berada di sana
Ternyata
gubuk itu adalah tempat peristirahatan bagi pengunjung di pantai itu. Bentuknya
melingkar, beratap daun rumbai, dengan dua kursi panjang yang melingkar, cukup
untuk enam orang dan meja bulat di depan kursi. Aku mengambil kursi yang
berseberangan dengan gadis itu. Kulihat si gadis sedang mengeringkan rambut
dengan sapu tangannya, dingin dengan cepat merambah ke tubuhku.
Hujan semakin
deras, nampak awan gelap saling berkejar-kejaran, berlomba menutupi sang
mentari yang akan beranjak menuju peraduannya. Seorang pemuda, bertubuh atletis
tergopoh-gopoh masuk ke gubuk.
“Numpang
neduh yah….”, pemuda atletis itu berkata
Si gadis yang
tengah mengeringkan rambutnya, tak menjawab
“Oh…,
silahkan…. aku juga sedang berteduh”, sahutku
Pemuda itu
meringis, mengambil tempat duduk diujung kursi si gadis, mengibas-kibaskan t-shirtnya
sambil sedikit terlihat menggigil.
Kembali aku
dibuat terkejut, karena tiba-tiba seorang bapak mengenakan jas serta berdasi
masuk ke dalam gubuk.
“Masih ada
tempat…..?”, tanya bapak berdasi itu
“Monggo
silahkan pak….!”, sahutku sambil bergeser dari tempat dudukku
“Terima kasih”
Aku
menjawabnya dengan senyuman
Bapak berdasi
ini, menurut perkiraanku setidaknya berusia empat puluhan…, si gadis… mungkin
sekitar dua puluhan, dan pemuda atletis ini…. hmm… kurasa tak berbeda jauh
dengan si gadis. Aku sendiri berusia tiga puluh dua tahun.
Hujan semakin
deras. Beruntung sekali gubuk ini terindungi oleh rindangnya pohon ketapang,
sehingga air hujan tidak masuk ke gubuk ini.
Selesai
mengeringkan rambutnya, gadis itu mengeluarkan satu pak rokok dengan korek
gasnya. Pemuda atletis masih gemetar kedinginan, beruntung bapak berdasi ini
mengenakan jas, sehingga kemejanya sedikit terkena air hujan. Lalu gadis itu
mengambil telepon genggamnya, mengutak-atik….(menekan nomor), dan
mendengarkannya.
“Hmm….”,
dengan perasaan kesal si gadis meletakkan teleponnya, mengambil sebatang rokok,
lalu menyalakan korek gasnya.
“Stop !
Nona…, kamu menyulut rokokmu terbalik….”, kataku, melihat si gadis akan
mengisap dengan filternya di ujung depan
Dia
membalikkan rokoknya, dan menyalakan…
“Terima
kasih, bapak mau ?!”, sahutnya, menawarkan rokok
“Aku
ada, lagi ada masalah yah ?!”, sambil
mengeluarkan pak rokok dari kantongku
Gadis itu
tertunduk…..
“Bo… boleh
aku minta sebatang….?”, tanya pemuda atletis sambil terus menggigil
Gadis itu
tetap menunduk, digesernya pak rokok dan koreknya ke dekat si pemuda.
“Terima kasih….”,
pemuda itu mengambil sebatang rokok dan dinyalakannya
“Oh… dingin
sekali …, bisa aku minta sebatang ?”, tanya bapak berdasi sambil menepuk
pundakku
“Mari…,
silahkan….”, aku menyodorkan pak yang telah kubuka, kemudian menyalakan korek
untuk si bapak
“Ssssthhhh……
terima kasih pak !”, si bapak menyedot rokoknya
“Sama-sama….!”,
akupun menyalakan sebatang rokok untukku
Hujan tetap
turun dengan deras, gelegar petir saling bersautan, mereka memekik satu dengan
yang lain, asyik berkejar-kejaran… dan malam mulai menghampiri kami. Sesaat,
lampu pijar dua puluh lima
watt mulai menyala, dan menerangi kami di gubuk itu.
“Boleh aku
ngomong… ?”, tanya si gadis kemudian
“Oh,
silahkan…., setidaknya dapat meringankan beban nona….”, kataku sambil melirik
ke si pemuda dan bapak berdasi, meminta persetujuan mereka.
Pemuda
atletis itu mengangguk beberapa kali, sedang bapak berdasi tak menggubriskan,
karena asyik dengan kepulan rokoknya.
“Ak… aku…, ohh…
dari mana harusku mulai…?”, tanya si gadis pada dirinya sendiri.
“Ehm, aku
berpacaran dengan seorang cowo yang… yah… bisa dibilang cukup ganteng…”, si
gadis menghisap rokoknya
“Kami
berpacaran sudah satu tahun…, cowo itu kost dirumahku…, dia sudah kenal dengan
papa dan mamaku… dan juga adik-adikku…, aku sangat mencintainya…”, rokoknya
yang masih tiga perempat dibuangnya
“Hubungan
kami…., biasa-biasa saja…, tak ada masalah…, tak ribut…, ta… tapi dia….
meninggalkan aku….”, gadis itu terlihat sangat terpukul…, dia menitikkan air
mata
Ohh… aku
selalu serba salah bila menghadapi wanita yang menangis….
Gadis itu
mengambil sebatang rokok lagi, dinyalakan….
“Tiba-tiba dia meninggalkan aku…., sorenya kami masih bertemu… dan… dan…. paginya dia sudah menghilang….. pergi…. entah kemana….”, dihisap rokoknya dalam-dalam
“Ehm……, aku….. aku hamil…..”, katanya lirih…..
“Tiba-tiba dia meninggalkan aku…., sorenya kami masih bertemu… dan… dan…. paginya dia sudah menghilang….. pergi…. entah kemana….”, dihisap rokoknya dalam-dalam
“Ehm……, aku….. aku hamil…..”, katanya lirih…..
Si pemuda
atletis menengok ke arah si gadis, seolah-olah tak percaya, bapak berdasi itu
juga menatap si gadis dengan serius.
Gadis itu
sebenarnya tidak terlalu cantik, tingginya sekitar seratus lima puluhan, agak gemuk, warna kulit…. agak coklat
kehitaman, matanya sedikit lebih besar dari kategori sipit, tetap kelihatan
chinese-nya…, hidungnya tidak dapat dikatakan mancung, rambutnya lurus sebatas
bahu. Dia menggunakan overall orange dengan kaus putih, dan…. postur
tubuhnyapun amat biasa.
“Sudah dua
minggu aku hamil…., aku mau mengugu….”
“JANGAN !!!”, sergahku spontan
Tiga pasang mata melihatku terperangah…..
“Ke…. kenapa…?”, tanya si gadis
“Nngg…. pokoknya…… jangan digugurin…”, sahutku
“Iya, tapi kenapa pak ?”, tanyanya mendesak
“JANGAN !!!”, sergahku spontan
Tiga pasang mata melihatku terperangah…..
“Ke…. kenapa…?”, tanya si gadis
“Nngg…. pokoknya…… jangan digugurin…”, sahutku
“Iya, tapi kenapa pak ?”, tanyanya mendesak
“Itu dosa”,
kilahku
“Aku tau dosa….., apalagi yang harus kulakukan….?”, katanya mengeluh
“Aku tau dosa….., apalagi yang harus kulakukan….?”, katanya mengeluh
Aku ragu….,
apakah aku harus menceritakannya….? Atau… diamkan saja… toh gadis itu tak punya
hubungan apa-apa denganku….
Hggg…… sungguh pergumulan yang berat…..
“Boleh aku cerita….?”, tanyaku kepada yang ada di gubuk itu
“Ya…”, si gadis berkata
“Silahkan pak….”, bapak berdasi, sambil menepuk pundakku
Pemuda atletis itu mengangguk samar
“Kami…, aku dan istriku sudah sepuluh tahun berpacaran…., baru enam tahun ini kami menikah…”, aku menghisap rokokku
Hggg…… sungguh pergumulan yang berat…..
“Boleh aku cerita….?”, tanyaku kepada yang ada di gubuk itu
“Ya…”, si gadis berkata
“Silahkan pak….”, bapak berdasi, sambil menepuk pundakku
Pemuda atletis itu mengangguk samar
“Kami…, aku dan istriku sudah sepuluh tahun berpacaran…., baru enam tahun ini kami menikah…”, aku menghisap rokokku
“Disaat kami
berpacaran…., telah dua kali kami mengaborsi ….”, tanganku gemetar ketika kata
aborsi keluar dari mulutku… oh Tuhan, ampunilah kami….
“Dan… dan…”,
ohh…. kata-kataku tercekat di tenggorokanku….
“Ehm…, dan
sekarang….kami setelah menikah…. kami belum dikaruniai anak…”
“Aku dan istriku sudah periksa ke dokter…., kami berdua subur dan produktif…., ta… tapi….. ach…..”, aku tertunduk sambil menggeleng-gelengkan kepalaku
“Aku dan istriku sudah periksa ke dokter…., kami berdua subur dan produktif…., ta… tapi….. ach…..”, aku tertunduk sambil menggeleng-gelengkan kepalaku
“Aku anak
tunggal…., sekarang mama menyuruhku untuk menceraikan istriku…, dan… dan itu
tak mungkin aku lakukan…., aku terlalu menyayangi istriku…., tapi aku juga tak
bisa berbuat apa-apa kepada mama….”, aku membayangkan ke dua wajah itu….
Hujan belum juga reda, gelegar petir masih terdengar…, angin laut yang dingin menggigit-gigit tubuh kami.
Hujan belum juga reda, gelegar petir masih terdengar…, angin laut yang dingin menggigit-gigit tubuh kami.
“Nona, aku
ingin memberitahumu…., jangan mengugurkan kandunganmu…, jangan kamu mengalami
kejadian seperti kami… yang…. yang entah sampai kapan….”, kataku tercekat,
sambil memandang gadis itu lurus
Gadis itu
diam membisu…, gelisah mendengar ceritaku. Pemuda atletis yang mengenakan t-shirt
abu-abu berlogo Andre Michel di dadanya, bersandar pada dinding gubuk dengan
mata terpejam, seakan-akan dia juga mempunyai beban yang tidak ringan…. dan
bapak berdasi… berkali-kali dia menepuk-nepuk pundakku.
“Terima kasih
pak….”, kata si gadis dengan mata berkaca-kaca
“Ak…. aku…. akan memikirkannya….”, katanya lagi
“Ak…. aku…. akan memikirkannya….”, katanya lagi
Aku menganggukkan
kepalaku, bernafas sedikit lega….
“Boleh giliranku ?”, bapak berdasi itu berkata
“Silahkan pak….”, jawabku
“Maaf, aku seorang kristiani…, aku sudah beristri dengan dua anak, putri dan putra ….”
“Boleh giliranku ?”, bapak berdasi itu berkata
“Silahkan pak….”, jawabku
“Maaf, aku seorang kristiani…, aku sudah beristri dengan dua anak, putri dan putra ….”
“Boleh
kuminta rokoknya lagi…?”
“Oh…, monggo pak…”, kataku dengan spontan mengulurkan pak rokok
“Oh…, monggo pak…”, kataku dengan spontan mengulurkan pak rokok
Bapak itu
menyalakan rokoknya dan menghisapnya dalam-dalam….
“Kami menikah diberkati di gereja…., tapi ada satu hal yang aku tak mengerti….”, dia menghisap rokok lagi
“Aku jatuh cinta lagi…..”, bapak itu memandangi kami
“Kami menikah diberkati di gereja…., tapi ada satu hal yang aku tak mengerti….”, dia menghisap rokok lagi
“Aku jatuh cinta lagi…..”, bapak itu memandangi kami
“Yah… aku
jatuh cinta lagi…., nggg…. bukan sekadar iseng lalu jatuh cinta…, tapi aku
memang benar-benar jatuh cinta kepada seorang gadis….”
“Lalu… istri
bapak ? bapak sudah tak cinta lagi….”, tanya pemuda atletis
“Dengan
istriku, semua baik-baik saja…. aku masih mencintainya…”, sahut bapak itu
tenang
“Jadi…, apa
masalahnya…?”, tanya si gadis
“Di agama
kristen…., tidak boleh beristri dua….”, jawab bapak berdasi
Hening
kembali menyergap kami…. gigitan angin laut masih menggigit dengan liarnya.
Hanya pemuda atletis itu nasibnya yang paling menyedihkan, t-shirtnya sudah
basah seluruhnya. Aku menyodorkan pak rokok kepadanya.
Si pemuda mengambil rokok dan menyalakannya.
“Pak…., maaf kalau aku salah, apa…. gadis yang bapak taksir… juga cinta kepada bapak ?”, tanya si pemuda
Si pemuda mengambil rokok dan menyalakannya.
“Pak…., maaf kalau aku salah, apa…. gadis yang bapak taksir… juga cinta kepada bapak ?”, tanya si pemuda
“Ya ! kalau
tidak…., berarti cintaku bertepuk sebelah tangan…., kami saling jatuh cinta….,
tapi… maaf yah pak”, bapak itu menepuk pundakku lagi
“Tapi…. kami
tidak pernah berbuat suami-istri…., yah…. cuma sekedar berpelukkan dan berciuman
sajalah….”, kata bapak itu lagi
“Pak … apa
istri bapak mengetahuinya….?”, tanya si gadis
“Of course…, ya ! aku pernah berbicara baik-baik dengan istriku….”
“Terus….”, tanyanya lagi
“Dua bulan setelah pembicaraan itu, istriku merelakan aku menikah lagi….”, sahut bapak berdasi
“Of course…, ya ! aku pernah berbicara baik-baik dengan istriku….”
“Terus….”, tanyanya lagi
“Dua bulan setelah pembicaraan itu, istriku merelakan aku menikah lagi….”, sahut bapak berdasi
“Jadi istri bapak tidak minta bercerai….?”, tanya si pemuda atletis
“Hmm…. istriku berasal dari keluarga kristiani yang taat…., dia mau aku menikah lagi…. dia juga berkata bahwa ‘apa yang sudah dipersatukan oleh Allah, tidak dapat dipisahkan oleh manusia’…. jadi dia juga minta agar aku tidak menceraikan dia…”, kata bapak itu
“Hmm…. istriku berasal dari keluarga kristiani yang taat…., dia mau aku menikah lagi…. dia juga berkata bahwa ‘apa yang sudah dipersatukan oleh Allah, tidak dapat dipisahkan oleh manusia’…. jadi dia juga minta agar aku tidak menceraikan dia…”, kata bapak itu
“Katanya setiap orang akan jatuh cinta sekali dalam seumur hidupnya…”,
celetuk si gadis dengan gamblang
“Hmm…… itulah yang aku pikirkan ketika itu….”, sambut si bapak berdasi
“Tidak benar pernyataan itu….”, protes pemuda atletis
“Tuhan menciptakan manusia dengan KASIH…, dan manusia lahir dengan
memiliki KASIH dalam dirinya…., ada yang memiliki satu cinta untuk seumur
hidupnya…, ada juga yang banyak….”, si
pemuda menerangkan
“Pak…, maaf yah… aku yang mudaan menasehati yang tuaan….”, kata pemuda
“Pak…, maaf yah… aku yang mudaan menasehati yang tuaan….”, kata pemuda
“Ohh… tak apa…, belum tentu aku yang tua sebijaksana kamu…”, sahut bapak
berdasi dengan senyuman
“Ehm, pak… cobalah untuk berdoa… katakan sejujurnya permasalahan bapak…,
setelah berdoa… baca Alkitab…, karena Bapa di surga menjawab setiap doa kita melalui
firman-NYA”, urai pemuda atletis
“Aku sudah melaksanakannya…., bahkan ketika aku tahu kalau aku jatuh
cinta lagi…., aku rajin berdoa dan membaca Alkitab…., dulu-dulu jarang sekali
aku membaca Alkitab… ha…ha…ha…”, jawab si bapak dengan jujur
“Syukurlah…., apakah bapak sudah mendapatkan jawabannya ?”, tanya pemuda
itu lagi
“Emm….. sepertinya sudah yah…., dari istriku tak ada masalah…., dari
gadis itu dan orang tuanya…. juga tak ada masalah…. cuma… cuma dari segi
agama….yang… yang belum setuju….”, si bapak mengeluh
“Kenapa bapak mencintai orang lain…, sedangkan bapak sudah menikah…”,
tanya si gadis
“Nah… itulah yang aku tak habis pikir……!”
“Dengan istriku…, aku mencintainya…., anak kami sudah dua, dan… maaf, hubungan sex kami berjalan normal…, tak ada masalah… waktu dia belum melahirkan… atau sekarang…., tetap tak ada masalah bagiku…”, kembali bapak itu menghisap rokoknya
“Dengan istriku…, aku mencintainya…., anak kami sudah dua, dan… maaf, hubungan sex kami berjalan normal…, tak ada masalah… waktu dia belum melahirkan… atau sekarang…., tetap tak ada masalah bagiku…”, kembali bapak itu menghisap rokoknya
“Dengan sekretarisku…, atau dengan gadis-gadis yang lain…., aku cuma bisa
bilang cantik ! tapi… dengan yang satu ini….., kenapa aku bisa jatuh cinta….?”,
tanya si bapak sambil menengadah…, menerawang jauh…..
“Aku bertemu dia…., ketika mobilku mogok di pinggir kota…., gadis itu berdagang makanan dan minuman…., selesai aku memperbaiki mobil…., aku mengaso di kedainya…., dan aku memesan minum…”, bapak itu menghisap rokoknya, tetap menerawang…..
“Aku bertemu dia…., ketika mobilku mogok di pinggir kota…., gadis itu berdagang makanan dan minuman…., selesai aku memperbaiki mobil…., aku mengaso di kedainya…., dan aku memesan minum…”, bapak itu menghisap rokoknya, tetap menerawang…..
“Entah mengapa…., ketika dia menyuguhkan minuman….., kami saling
berpandangan…..”, bapak itu tersenyum seolah-olah kejadian itu sedang terjadi
di depannya
“Dan…. tiba-tiba jantungku berdegup kencang…., seakan-akan… aku baru
saja melihat orang yang sudah lama…. sekali aku cintai…!”, bapak tersenyum
lagi….
“Ketika aku sadar…., aku berpikir…. ahh ini hanya masalah puber saja….,
aku tak mau berpikir yang tidak-tidak…., aku mencintai istriku….”, dibuangnya
sisa rokok
“Tapi…. sudah lewat dua minggu, aku memfokuskan diri dengan bekerja…,
bayangan gadis itu…. tetap saja berada dalam pikiranku”
“Aku kembali mendatanginya…, jantungku kembali berdegup kencang…, dan… pada perjumpaan yang ke lima…, kami sudah menjadi akrab….”, kembali bapak berdasi tersenyum….
“Aku kembali mendatanginya…, jantungku kembali berdegup kencang…, dan… pada perjumpaan yang ke lima…, kami sudah menjadi akrab….”, kembali bapak berdasi tersenyum….
“Aku tahu, gadis itu seiman denganku…., begitu juga keluarganya…., tapi….
mengapa Tuhan memberi cinta kepada kami…, disaat aku sudah beristri…. ?”,
seolah-olah bapak itu bertanya kepada kami bertiga
“Maaf, kalau kalian berpikiran ini adalah nafsu…., kalau toh ada… aku
tak akan melakukannya…, jika sudah menikah, baru aku mau…”, bapak berdasi
menatap kami tajam.
Hujan masih tak mau mereda…., angin laut sudah tak lagi seliar tadi…., bahkan tak ada angin sama sekali, aku baru menyadarinya
Hujan masih tak mau mereda…., angin laut sudah tak lagi seliar tadi…., bahkan tak ada angin sama sekali, aku baru menyadarinya
“Pak…., menurut saya…., pendapat orang jangan didengar…., tapi… bukanlah
suatu kebetulan kita bertemu di sini…., bukan kebetulan juga bapak bertemu
dengan gadis itu…., semuanya sudah diatur oleh Tuhan…, tak ada satupun kejadian
yang tidak diketahui oleh Tuhan”, pemuda atletis berkata
“Yah…”, bapak berdasi menganggukan kepalanya
“Amin…”, aku dan gadis itu menyetujui berbarengan
“Jadi…, apa yang aku harus lakukan….?”, tanya bapak itu
“Amin…”, aku dan gadis itu menyetujui berbarengan
“Jadi…, apa yang aku harus lakukan….?”, tanya bapak itu
“Maaf pak ! jika gereja di sini tidak mau memberkati pernikahan bapak….,
berarti bapak harus mengeluarkan banyak uang untuk pemberkatan itu…”, pemuda
atletis itu menerangkan
“Maksudnya….? Oh… kalau soal uang…, maaf, walau banyak…., akan aku
usahakan….”, sambut bapak berdasi dengan bersemangat
“Ya ! bapak harus mengadakan pemberkatan di luar negri…., di sana ada gereja yang bersedia memberkati bagi mereka yang kesulitan diberkati di negaranya….”, kata pemuda itu
“Ya ! bapak harus mengadakan pemberkatan di luar negri…., di sana ada gereja yang bersedia memberkati bagi mereka yang kesulitan diberkati di negaranya….”, kata pemuda itu
“Ohh…. ahh…. yah… yah…! mengapa tak terpikir olehku….? Hmm… terima
kasih… terima kasih….”, bapak itu segera berdiri dan menyalami pemuda atletis,
dengan tersenyum lebar dan mata yang berbinar-binar
“Terima kasih…, terima kasih…”, bapak itu menyalamiku dan gadis itu
“Tapi kalau biayanya terlalu mahal…., bapak boleh berdoa bersama gadis
itu, di suatu kamar…., memohon persetujuan Tuhan untuk pernikahan bapak ….”,
pemuda itu menambahkan
“Ini cuma pemikiran saya lho…., karena, jika manusia tidak menyetujui
apa yang sudah Tuhan rencanakan…., apa Tuhan harus mengalah kepada manusia ?”,
tambahnya lagi
“Terima kasih…., aku akan mempertimbangkannya….”, kata bapak berdasi
dengan senyum yang sekarang selalu berada di bibirnya…..
“Haem….. inilah kehidupan….”, kataku sambil mendesah….
Semuanya menganggukan kepala…., setuju.
Dan aku teringat sesuatu….
“Kamu juga…., sepertinya ada masalah yah…?”, tanyaku sambil mengambil pak rokok yang tadi kuberikan kepada pemuda atletis
“Kamu juga…., sepertinya ada masalah yah…?”, tanyaku sambil mengambil pak rokok yang tadi kuberikan kepada pemuda atletis
Dia tersenyum miris…. dan menganggukkan kepalanya…
“Ya ! aku punya masalah yang berat… amat berat bagi kehidupan
bermasyarakat…”, pemuda atletis berkata
“Tapi… aku juga harus berterima kasih kepada bapak ini”, dia menunjuk
jari jempolnya kepada bapak berdasi
“Kepada… semualah… ha… ha… ha…”, kini pemuda atletis tertawa riang
“Aku cerita yah….”, lanjutnya sambil membenarkan posisi duduknya
“Dulu…., sebelum aku menjadi orang kristen, aku tidak memiliki agama….,
orang tuaku lumayan berada…, sehingga aku berkecukupan dalam segalanya”, dia
berhenti sejenak
“Dalam usia delapan belas tahun, papaku meninggal…., karena aku adalah anak pertama…., adik-adikku ada dua orang, maka aku yang memegang pimpinan perusahaan…., sedangkan mama hanya seorang ibu rumah tangga… yang kalau melihat laporan kerja…. wah… bisa sakit tujuh hari dia… ha… ha… ha…”
“Dalam usia delapan belas tahun, papaku meninggal…., karena aku adalah anak pertama…., adik-adikku ada dua orang, maka aku yang memegang pimpinan perusahaan…., sedangkan mama hanya seorang ibu rumah tangga… yang kalau melihat laporan kerja…. wah… bisa sakit tujuh hari dia… ha… ha… ha…”
Kami semua tertawa…..
“Karena aku menjadi pemimpin perusahaan…, maka aku mengambil kuliah
malam…., dan sampai hari ini aku belum punya pacar jadinya….”, sekali lagi
pemuda itu tertawa sambil melirik si gadis
“Ada
satu kejadian…. yang menyebabkan aku menjadi orang kristen…”, kembali pemuda
itu membenarkan posisi duduknya…. sambil melirik lagi ke si gadis…. dan sungguh
beruntung ! gadis itu juga menoleh kepadanya….
“Ohh…, ehh…, ehm…, be… begini…”, pemuda atletis itu berusaha menguasai
kegugupannya
Aku tertawa dalam hati…, gadis itupun tertunduk sambil tersenyum
“Su… suatu ketika…, ehm !”, si pemuda berusaha mengontrol diri
“Suatu ketika aku harus mengikuti tender di luar pulau…, tapi ternyata
pesawatku di delay…, jadi aku berjalan-jalan di bandara… mengisi kesuntukan”
“Sampai di toko buku, akupun masuk…., karena aku memang gemar membaca…”, kini pemuda itu tak berani melirik si gadis lagi…, matanya tertuju ke arah aku dan bapak berdasi
“Sampai di toko buku, akupun masuk…., karena aku memang gemar membaca…”, kini pemuda itu tak berani melirik si gadis lagi…, matanya tertuju ke arah aku dan bapak berdasi
“Setelah baca… baca… dan baca…., akhirnya kuputuskan untuk membeli
beberapa buah buku.., lumayan untuk menghilangkan waktu di pesawat…”
“Akhirnya pesawatku diterbangkan….setelah satu jam menunggu…”
“Ketika aku membuka bungkusan buku-buku, terjatuh sehelai brosur, dan…
ternyata brosur itu adalah brosur tentang kkr yang bertemakan ‘hanya Yesus yang
sanggup menolong anda’…., aku biasa saja…, brosur itu aku selipkan di tempat
meja lipat”
Hujan sudah sedikit mereda…. sedikit, karena masih lebat…., tetapi sudah
mulai terlihat bulan separuh di langit sana.
“Ketika memasuki lokasi dimana pesawatku akan mendarat… tiba-tiba hujan
turun dengan derasnya…. pesawatku bergetar kencang….., beberapa detik kemudian…
pilot pesawat mengumumkan…. bahwa pesawat dalam keadaan darurat…. dan para
penumpang diharuskan untuk memakai masker oksigen…. sambil merundukkan
kepala….”, pemuda itu menghela nafas….
“Aku sadar… kalau nyawaku sudah berada di ambang maut…., ketika aku merunduk…, terlihat brosur itu…., dengan spontan aku mengucap dalam hatiku…, ‘Yesus… tolonglah aku’… sedetik kemudian…. BRAKKK….!!!, pesawatku terbelah dua…. angin dan hujan membanjiri tempat dudukku…, dan…. aku tak ingat apa-apa lagi setelah itu…”, pemuda itu menghela nafas lagi
“Aku sadar… kalau nyawaku sudah berada di ambang maut…., ketika aku merunduk…, terlihat brosur itu…., dengan spontan aku mengucap dalam hatiku…, ‘Yesus… tolonglah aku’… sedetik kemudian…. BRAKKK….!!!, pesawatku terbelah dua…. angin dan hujan membanjiri tempat dudukku…, dan…. aku tak ingat apa-apa lagi setelah itu…”, pemuda itu menghela nafas lagi
“Ketika aku siuman…, aku sudah berada di rumah sakit…, mamaku memaksa
untuk memindahkan aku kemari….”
“Di kamar itu ada mamaku, adikku yang laki-laki dan seorang oom-oom yang
berusia sebaya dengan mamaku…, dan ternyata oom itu adalah pastor yang diajak
oleh adikku…, dia sudah masuk katholik”, berhenti sejenak…
“Aku diceritakan oleh mamaku…, peristiwa yang terjadi beberapa hari yang
lalu…, mamaku tak henti-hentinya menangis…., beliau berkata… bahwa cuma aku
satu-satunya yang hidup dari peristiwa tersebut….”
“Ketika badan pesawat terbelah…, aku dan kursi yang aku duduki
terlontar…., aku ditemui oleh penduduk setempat di perkebunan teh…, aku tak
sadarkan diri selama dua hari….”, pemuda atletis mengusap mukanya
“Kondisiku… baik, hanya lecet-lecet saja…”
“Pastor itu berkata bahwa aku telah ditolong oleh Tuhan Yesus….,
mendengar kata Yesus…., aku menangis…., mama dan adikku juga saling
menangis….”, mata pemuda itu berkaca-kaca
“Mulai dari kejadian itu…, aku dan mama dan adikku yang satu, menjadi
orang kristen…”
“Plok… plok… plok…plok… plok….”, bapak berdasi yang memulai bertepuk tangan…, dilanjutkan oleh gadis itu dan aku….
“Plok… plok… plok…plok… plok….”, bapak berdasi yang memulai bertepuk tangan…, dilanjutkan oleh gadis itu dan aku….
“Terima kasih….”, sambut pemuda atletis sambil tersenyum
“Waktu aku masuk ke tempat ini…, ada pergumulan yang amat berat…., tapi
setelah mendengar cerita dari bapak-bapak dan nona cantik….”, pemuda itu
tersenyum… yang ditanggapi oleh senyum si gadis
Sudah tidak gugup lagi pemuda itu….
“Aku sadar…., dari semua ini, setiap permasalahan… hanyalah persoalan tentang
CINTA !”
“Dan kini…. bebanku sudah terbebaskan…., Puji Tuhan…. Terima kasih Tuhan Yesus….”, pemuda itu berkata sambil menengadakan kepalanya
“Dan kini…. bebanku sudah terbebaskan…., Puji Tuhan…. Terima kasih Tuhan Yesus….”, pemuda itu berkata sambil menengadakan kepalanya
“Apa sebenarnya masalahmu…?”, kata bapak berdasi
Aku dan gadis itu juga penasaran, jadi langsung menatap pemuda itu
“Aku seorang pemimpin perusahaan kontraktor…., usaha kami sudah maju
sejak dirintis oleh almarhum papa…, minggu yang lalu…, seorang pendeta berkhotbah,
beliau mengatakan bahwa ‘orang kristen sekarang kalau di gereja menjadi orang
kristen…. selesai ibadah…. jadi orang dunia lagi…’”
“Dikatakan lagi… ‘orang kristen masih suka sogok sana… sogok sini…., apakah itu yang dimaksud
cinta Tuhan…?’”
“Perkataan itu menampar diriku…., hmm…. selama ini… yang aku kerjakan…
yah itu…. sogok sana….
sogok sini….”, pemuda itu tertunduk
“Habis, apa mau dikata….? Pekerjaanku memang bergelut dibidang itu….,
kalau tak menyogok… tak ada pekerjaan…. tak bisa membayar gaji pegawai….,
bagaimana ini…?”, tanya pemuda atletis itu
“Tapi… semuanya itu cuma gara-gara CINTA…. ha… ha… ha…”, pemuda itu
sudah bisa tertawa lagi….
“Bapak ini….”, menunjuk ke aku, “Sangat mencintai istrinya….”
“Dan bapak itu…” kepada bapak berdasi, “Cintanya datang untuk yang kedua kalinya….”
“Dan bapak itu…” kepada bapak berdasi, “Cintanya datang untuk yang kedua kalinya….”
“Nona ini….”, sejenak dia ragu mengatakannya
“Nona ini…, mengorbankan apapun untuk cintanya….”, si gadis tersipu malu
“Nona ini…, mengorbankan apapun untuk cintanya….”, si gadis tersipu malu
“Hemm… cinta… cinta…, terkadang dia membelai dan tulus…., terkadang dia melukai
dan kejam….”, si pemuda menganalisa cinta
“Cintaku terhadap harta…. atau cintaku terhadap Tuhan Yesus…?”, pemuda
itu menimbang-nimbang
“Aku akan mencintai…. Tuhan Yesus…. daripada harta….! harta dapat
dicari…., tetapi Tuhan Yesus…. cuma satu-satunya…., ya ! aku tetap cinta Tuhan
Yesus…”, kata pemuda itu dengan semangat
Kami semua bersukacita….
Hujanpun sudah berhenti…., langit cerah… kerlip bintang-bintang menaungi malam yang gelap ini.
“Nona…, kamu mau kemana setelah ini…?”, hmm…. pemuda atletis itu mulai memberanikan diri
Hujanpun sudah berhenti…., langit cerah… kerlip bintang-bintang menaungi malam yang gelap ini.
“Nona…, kamu mau kemana setelah ini…?”, hmm…. pemuda atletis itu mulai memberanikan diri
“Aku tak tahu…., aku masih ingin sendiri….”, sahut gadis itu
“Oh… namaku Obert”
“Anna…”, balas si gadis
“Anna…”, balas si gadis
“Aku Frans”, bapak berdasi menyebut namanya
“Gunawan…”, aku juga menyebut namaku
Kamipun saling berjabatan tangan….
“ Wah… hujan sudah berhenti…. yuk kita makan…”, Obert menawarkan kami
untuk makan malam
“Oh…, sorry lain kali saja…., aku mau buru-buru pulang… menemui
istriku”, jawabku sambil tersenyum, membayangkan wajah istriku nan cantik
“Ya ! aku juga mau pulang…, mampir dulu ke rumah Afika… cintaku… ha… ha…
ha…”, pak Frans berkata dengan riang
“Anna…?”, Obert mencoba bertanya kepada Anna
“Mmmm…..”
“Ayolah… Anna pasti lapar tuh….., ayo Obert ajak Anna makan…., setelah
itu… antar Anna pulang yah…! ha… ha… ha…”,
perintah pak Frans sambil tertawa senang
“Okey..”, Anna pun menyanggupinya
Sebelum bubar… kami saling menukar kartu nama, kecuali Anna… biarlah
kami sudah punya kartu nama Obert…..
Akhir yang bahagia…., terima kasih Tuhan… KAU telah mempertemukan kami
di pantai kenangan ini…, di gubuk ini….
Terima kasih juga Tuhan…. KAU tak mengijinkan kami berlalu… sebelum
permasalahan kami terpecahkan….
Bukan kebetulan, empat orang asing bertemu di sini…
Bukan kebetulan aku, pak Frans, Anna dan Obert bertemu di sini….
Berbeda permasalahan…. dapat kami selesaikan satu dengan yang lain…
Adakah yang dapat mengaturnya ?
Kecuali Allah Bapa yang mempertemukan kami…
Kecuali Allah Bapa yang mempertemukan kami…
Kecuali Allah Bapa yang merancangkan keindahan ini…
Bukan kebetulan… kini kami masing-masing memiliki tiga sahabat….
CINTA…, ahh…. aku teringat sebuah lagu lama….
Without Love
[intro]
To live for today and to love for tomorrow
is the wisdom of a fool
because tomorrow is promised to noone
you see
love is that wonderful thing
that the whole world needs plenty of.
To live for today and to love for tomorrow
is the wisdom of a fool
because tomorrow is promised to noone
you see
love is that wonderful thing
that the whole world needs plenty of.
If you think for one minute that you can live without it
then you are only fooling yourself.
Listen
please
I like to tell you something
that happened to me just the other day.
[sing]
I awakened this morning
I was filled with despair
all my dreams turned to ashes and now they are gone.
And I looked at my life it was barren and bare
without Love I had nothing… nothing at all.
Without Love I had nothing
without Love I had nothing… nothing at all.
I awakened this morning
I was filled with despair
all my dreams turned to ashes and now they are gone.
And I looked at my life it was barren and bare
without Love I had nothing… nothing at all.
Without Love I had nothing
without Love I had nothing… nothing at all.
I had conquered the world
but what then did I have ?
Without Love I had nothing… nothing at all.
I once had a sweetheart
who loved only me
there was nothing that she would not give.
I was blind to her goodness and I just could not see
that a heart without love cannot live.
Without Love I had nothing
without Love I had nothing at all.
but what then did I have ?
Without Love I had nothing… nothing at all.
I once had a sweetheart
who loved only me
there was nothing that she would not give.
I was blind to her goodness and I just could not see
that a heart without love cannot live.
Without Love I had nothing
without Love I had nothing at all.
I had conquered the world
but what then did I have ?
Without Love I had nothing… nothing at all.
but what then did I have ?
Without Love I had nothing… nothing at all.
[end]
Tanpa CINTA… aku tak memiliki apa-apa….
Ya ! hanya CINTA/KASIH yang memungkinkan aku lahir di dunia ini…
Hanya karena CINTA aku bertemu dengan istriku…
Istriku…, tunggu kedatanganku…., walau apapun yang terjadi…, aku tetap mencintaimu…. sampai Bapa menjemputku.
Mama…, biarlah CINTA kami tetap seperti ini…, sampai selama-lamanya.
Bahkan duniapun membutuhkan CINTA…..
Tanpa CINTA… dunia tak memiliki apa-apa….
Terima kasih Allah Bapa, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus, amin.
~ SELESAI ~
Cerita ini sebagian nyata, sebagian lagi fiksi…,
yang mana…? silahkan cari sendiri…
Nama dan tempat yang memiliki kesamaan, itu disengaja….
jadi jangan protes…
Yang terpenting inti cerita ini me-Mulia-kan nama Tuhan, Amin
Nara Sumber :
- Perkataan istri pak Frans : Matius 19:6
- Kisah Obert : Yesaya 45:5, Ibrani 11:1
- Keputusan Obert : Matius 19:21
- Lyrik lagu :
- Lagu, “Without Love, I Have Nothing” oleh Tom Jones
- Keseluruhan cerita ini : Matius 13:47, 1
Korintus 13:13, Yesaya 55:8, dan
Pengkhotbah 3:4
Berikan CINTA
kepada Tuhan Allah, kepada sesama dan kepada dunia.
Tuhan memberkati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuhan memberkati kita