img.bhsmly { height: auto !important; vertical-align: middle !important; width: auto !important; border:0px !important; }

Jumat, 20 September 2013

CINTA 1



C I N T A


Aku melambatkan laju mobilku, belok ke kanan dan parkir di area khusus pengunjung pantai. Kumatikan mesin, menjatuhkan diri kesandaran, hhgggg…. tubuhku terasa letih sekali, aku memejamkan mata… terbayang dua wajah dihadapanku… wajah mama memandangku dengan tajam…. hiiih… dan wajah istriku tersenyum lembut…. ouch…..sungguh  iba aku dibuatnya.

Ahh yah…. sore ini aku ingin sendiri… sendiri memikirkan masalahku… masalah istriku…. masalah keluarga kami…. yang entah sampai kapan akan berakhir. Aku membuka pintu, keluar, mengunci “bib.. bib”, lalu berjalan ke arah teras pantai dengan langkah yang tak pasti.

Pantai kenangan, di sini aku bertemu dengan seorang gadis -yang menurutku-  cantik, tujuh belas tahun yang lalu. Hmm… banyak sekali kenangan yang indah telah terjadi di sini. Gadis cantik yang aku kenal itu, kini sudah menjadi istriku. Sepuluh tahun kami berpacaran… dan enam tahun sudah kami menikah.
Ahh… mengapa hal ini harus terjadi….? Mengapa KAU melakukannya pada kami Tuhan ?


Aku masih tetap berjalan menelusuri pasir pantai yang putih. Langit terlihat cerah, meski sudah pukul setengah lima sore, langit masih cerah. Tiba-tiba….. tik…tik…tik…bruuuyyy….. hujan jatuh dari langit…. aku segera berlarian menuju teras pantai yang kulihat ada sebuah gubuk. Aneh ! cuaca cerah…. koq  tiba-tiba bisa hujan deras begini ?

“Permisi…”, pintaku sambil masuk ke gubuk itu
“Oh, silahkan….”, jawab seorang gadis yang sudah berada di sana

Ternyata gubuk itu adalah tempat peristirahatan bagi pengunjung di pantai itu. Bentuknya melingkar, beratap daun rumbai, dengan dua kursi panjang yang melingkar, cukup untuk enam orang dan meja bulat di depan kursi. Aku mengambil kursi yang berseberangan dengan gadis itu. Kulihat si gadis sedang mengeringkan rambut dengan sapu tangannya, dingin dengan cepat merambah ke tubuhku.

Hujan semakin deras, nampak awan gelap saling berkejar-kejaran, berlomba menutupi sang mentari yang akan beranjak menuju peraduannya. Seorang pemuda, bertubuh atletis tergopoh-gopoh masuk ke gubuk.

“Numpang neduh yah….”, pemuda atletis itu berkata
Si gadis yang tengah mengeringkan rambutnya, tak menjawab
“Oh…, silahkan…. aku juga sedang berteduh”, sahutku
Pemuda itu meringis, mengambil tempat duduk diujung kursi si gadis, mengibas-kibaskan t-shirtnya sambil sedikit terlihat menggigil.

Kembali aku dibuat terkejut, karena tiba-tiba seorang bapak mengenakan jas serta berdasi masuk ke dalam gubuk.

“Masih ada tempat…..?”, tanya bapak berdasi itu
“Monggo silahkan pak….!”, sahutku sambil bergeser dari tempat dudukku
“Terima kasih”
Aku menjawabnya dengan senyuman

Bapak berdasi ini, menurut perkiraanku setidaknya berusia empat puluhan…, si gadis… mungkin sekitar dua puluhan, dan pemuda atletis ini…. hmm… kurasa tak berbeda jauh dengan si gadis. Aku sendiri berusia tiga puluh dua tahun.

Hujan semakin deras. Beruntung sekali gubuk ini terindungi oleh rindangnya pohon ketapang, sehingga air hujan tidak masuk ke gubuk ini.

Selesai mengeringkan rambutnya, gadis itu mengeluarkan satu pak rokok dengan korek gasnya. Pemuda atletis masih gemetar kedinginan, beruntung bapak berdasi ini mengenakan jas, sehingga kemejanya sedikit terkena air hujan. Lalu gadis itu mengambil telepon genggamnya, mengutak-atik….(menekan nomor), dan mendengarkannya.

“Hmm….”, dengan perasaan kesal si gadis meletakkan teleponnya, mengambil sebatang rokok, lalu menyalakan korek gasnya.

“Stop ! Nona…, kamu menyulut rokokmu terbalik….”, kataku, melihat si gadis akan mengisap dengan filternya di ujung depan
Dia membalikkan rokoknya, dan menyalakan…
“Terima kasih, bapak mau ?!”, sahutnya, menawarkan rokok
“Aku ada,  lagi ada masalah yah ?!”, sambil mengeluarkan pak rokok dari kantongku
Gadis itu tertunduk…..

“Bo… boleh aku minta sebatang….?”, tanya pemuda atletis sambil terus menggigil
Gadis itu tetap menunduk, digesernya pak rokok dan koreknya ke dekat si pemuda.
“Terima kasih….”, pemuda itu mengambil sebatang rokok dan dinyalakannya

“Oh… dingin sekali …, bisa aku minta sebatang ?”, tanya bapak berdasi sambil menepuk pundakku
“Mari…, silahkan….”, aku menyodorkan pak yang telah kubuka, kemudian menyalakan korek untuk si bapak
“Ssssthhhh…… terima kasih pak !”, si bapak menyedot rokoknya
“Sama-sama….!”, akupun menyalakan sebatang rokok untukku

Hujan tetap turun dengan deras, gelegar petir saling bersautan, mereka memekik satu dengan yang lain, asyik berkejar-kejaran… dan malam mulai menghampiri kami. Sesaat, lampu pijar dua puluh lima watt mulai menyala, dan menerangi kami di gubuk itu.

“Boleh aku ngomong… ?”, tanya si gadis kemudian
“Oh, silahkan…., setidaknya dapat meringankan beban nona….”, kataku sambil melirik ke si pemuda dan bapak berdasi, meminta persetujuan mereka.
Pemuda atletis itu mengangguk beberapa kali, sedang bapak berdasi tak menggubriskan, karena asyik dengan kepulan rokoknya.

“Ak… aku…, ohh… dari mana harusku mulai…?”, tanya si gadis pada dirinya sendiri.
“Ehm, aku berpacaran dengan seorang cowo yang… yah… bisa dibilang cukup ganteng…”, si gadis menghisap rokoknya
“Kami berpacaran sudah satu tahun…, cowo itu kost dirumahku…, dia sudah kenal dengan papa dan mamaku… dan juga adik-adikku…, aku sangat mencintainya…”, rokoknya yang masih tiga perempat dibuangnya

“Hubungan kami…., biasa-biasa saja…, tak ada masalah…, tak ribut…, ta… tapi dia…. meninggalkan aku….”, gadis itu terlihat sangat terpukul…, dia menitikkan air mata
Ohh… aku selalu serba salah bila menghadapi wanita yang menangis….

Gadis itu mengambil sebatang rokok lagi, dinyalakan….
“Tiba-tiba dia meninggalkan aku…., sorenya kami masih bertemu… dan… dan…. paginya dia sudah menghilang….. pergi…. entah kemana….”, dihisap rokoknya dalam-dalam
“Ehm……, aku….. aku hamil…..”, katanya lirih…..

Si pemuda atletis menengok ke arah si gadis, seolah-olah tak percaya, bapak berdasi itu juga menatap si gadis dengan serius.

Gadis itu sebenarnya tidak terlalu cantik, tingginya sekitar seratus lima puluhan, agak gemuk, warna kulit…. agak coklat kehitaman, matanya sedikit lebih besar dari kategori sipit, tetap kelihatan chinese-nya…, hidungnya tidak dapat dikatakan mancung, rambutnya lurus sebatas bahu. Dia menggunakan overall orange dengan kaus putih, dan…. postur tubuhnyapun amat biasa.

“Sudah dua minggu aku hamil…., aku mau mengugu….”
“JANGAN !!!”, sergahku spontan
Tiga pasang mata melihatku terperangah…..

“Ke…. kenapa…?”, tanya si gadis
“Nngg…. pokoknya…… jangan digugurin…”, sahutku
“Iya, tapi kenapa pak ?”, tanyanya mendesak
“Itu dosa”, kilahku
“Aku tau dosa….., apalagi yang harus kulakukan….?”, katanya mengeluh

Aku ragu…., apakah aku harus menceritakannya….? Atau… diamkan saja… toh gadis itu tak punya hubungan apa-apa denganku….
Hggg…… sungguh pergumulan yang berat…..

“Boleh aku cerita….?”, tanyaku kepada yang ada di gubuk itu
“Ya…”, si gadis berkata
“Silahkan pak….”, bapak berdasi, sambil menepuk pundakku
Pemuda atletis itu mengangguk samar

“Kami…, aku dan istriku sudah sepuluh tahun berpacaran…., baru enam tahun ini kami menikah…”, aku menghisap rokokku
“Disaat kami berpacaran…., telah dua kali kami mengaborsi ….”, tanganku gemetar ketika kata aborsi keluar dari mulutku… oh Tuhan, ampunilah kami….
“Dan… dan…”, ohh…. kata-kataku tercekat di tenggorokanku….

“Ehm…, dan sekarang….kami setelah menikah…. kami belum dikaruniai anak…”
“Aku dan istriku sudah periksa ke dokter…., kami berdua subur dan produktif…., ta… tapi….. ach…..”, aku tertunduk sambil menggeleng-gelengkan kepalaku

“Aku anak tunggal…., sekarang mama menyuruhku untuk menceraikan istriku…, dan… dan itu tak mungkin aku lakukan…., aku terlalu menyayangi istriku…., tapi aku juga tak bisa berbuat apa-apa kepada mama….”, aku membayangkan ke dua wajah itu….

Hujan belum juga reda, gelegar petir masih terdengar…, angin laut yang dingin menggigit-gigit tubuh kami.

“Nona, aku ingin memberitahumu…., jangan mengugurkan kandunganmu…, jangan kamu mengalami kejadian seperti kami… yang…. yang entah sampai kapan….”, kataku tercekat, sambil memandang gadis itu lurus

Gadis itu diam membisu…, gelisah mendengar ceritaku. Pemuda atletis yang mengenakan t-shirt abu-abu berlogo Andre Michel di dadanya, bersandar pada dinding gubuk dengan mata terpejam, seakan-akan dia juga mempunyai beban yang tidak ringan…. dan bapak berdasi… berkali-kali dia menepuk-nepuk pundakku.

“Terima kasih pak….”, kata si gadis dengan mata berkaca-kaca
“Ak…. aku…. akan memikirkannya….”, katanya lagi
Aku menganggukkan kepalaku, bernafas sedikit lega….

“Boleh giliranku ?”, bapak berdasi itu berkata
“Silahkan pak….”, jawabku

“Maaf, aku seorang kristiani…, aku sudah beristri dengan dua anak, putri dan putra ….”
“Boleh kuminta rokoknya lagi…?”
“Oh…, monggo pak…”, kataku dengan spontan mengulurkan pak rokok
Bapak itu menyalakan rokoknya dan menghisapnya dalam-dalam….

“Kami menikah diberkati di gereja…., tapi ada satu hal yang aku tak mengerti….”, dia menghisap rokok lagi
“Aku jatuh cinta lagi…..”, bapak itu memandangi kami
“Yah… aku jatuh cinta lagi…., nggg…. bukan sekadar iseng lalu jatuh cinta…, tapi aku memang benar-benar jatuh cinta kepada seorang gadis….”

“Lalu… istri bapak ? bapak sudah tak cinta lagi….”, tanya pemuda atletis
“Dengan istriku, semua baik-baik saja…. aku masih mencintainya…”, sahut bapak itu tenang
“Jadi…, apa masalahnya…?”, tanya si gadis
“Di agama kristen…., tidak boleh beristri dua….”, jawab bapak berdasi

Hening kembali menyergap kami…. gigitan angin laut masih menggigit dengan liarnya. Hanya pemuda atletis itu nasibnya yang paling menyedihkan, t-shirtnya sudah basah seluruhnya. Aku menyodorkan pak rokok kepadanya.

Si pemuda mengambil rokok dan menyalakannya.
“Pak…., maaf kalau aku salah, apa…. gadis yang bapak taksir… juga cinta kepada bapak ?”, tanya si pemuda
“Ya ! kalau tidak…., berarti cintaku bertepuk sebelah tangan…., kami saling jatuh cinta…., tapi… maaf yah pak”, bapak itu menepuk pundakku lagi
“Tapi…. kami tidak pernah berbuat suami-istri…., yah…. cuma sekedar berpelukkan dan berciuman sajalah….”, kata bapak itu lagi

“Pak … apa istri bapak mengetahuinya….?”, tanya si gadis
“Of course…, ya ! aku pernah berbicara baik-baik dengan istriku….”
“Terus….”, tanyanya lagi
“Dua bulan setelah pembicaraan itu, istriku merelakan aku menikah lagi….”, sahut bapak berdasi

“Jadi istri bapak tidak minta bercerai….?”, tanya si pemuda atletis
“Hmm…. istriku berasal dari keluarga kristiani yang taat…., dia mau aku menikah lagi…. dia juga berkata bahwa ‘apa yang sudah dipersatukan oleh Allah, tidak dapat dipisahkan oleh manusia’…. jadi dia juga minta agar aku tidak menceraikan dia…”, kata bapak itu

“Katanya setiap orang akan jatuh cinta sekali dalam seumur hidupnya…”, celetuk si gadis dengan gamblang
“Hmm…… itulah yang aku pikirkan ketika itu….”, sambut si bapak berdasi
“Tidak benar pernyataan itu….”, protes pemuda atletis
“Tuhan menciptakan manusia dengan KASIH…, dan manusia lahir dengan memiliki KASIH dalam dirinya…., ada yang memiliki satu cinta untuk seumur hidupnya…, ada juga yang banyak….”,  si pemuda menerangkan

“Pak…, maaf yah… aku yang mudaan menasehati yang tuaan….”, kata pemuda
“Ohh… tak apa…, belum tentu aku yang tua sebijaksana kamu…”, sahut bapak berdasi dengan senyuman
“Ehm, pak… cobalah untuk berdoa… katakan sejujurnya permasalahan bapak…, setelah berdoa… baca Alkitab…, karena Bapa di surga menjawab setiap doa kita melalui firman-NYA”, urai pemuda atletis

“Aku sudah melaksanakannya…., bahkan ketika aku tahu kalau aku jatuh cinta lagi…., aku rajin berdoa dan membaca Alkitab…., dulu-dulu jarang sekali aku membaca Alkitab… ha…ha…ha…”, jawab si bapak dengan jujur
“Syukurlah…., apakah bapak sudah mendapatkan jawabannya ?”, tanya pemuda itu lagi
“Emm….. sepertinya sudah yah…., dari istriku tak ada masalah…., dari gadis itu dan orang tuanya…. juga tak ada masalah…. cuma… cuma dari segi agama….yang… yang belum setuju….”, si bapak mengeluh

“Kenapa bapak mencintai orang lain…, sedangkan bapak sudah menikah…”, tanya si gadis
“Nah… itulah yang aku tak habis pikir……!”
“Dengan istriku…, aku mencintainya…., anak kami sudah dua, dan… maaf, hubungan sex kami berjalan normal…, tak ada masalah… waktu dia belum melahirkan… atau sekarang…., tetap tak ada masalah bagiku…”, kembali bapak itu menghisap rokoknya

“Dengan sekretarisku…, atau dengan gadis-gadis yang lain…., aku cuma bisa bilang cantik ! tapi… dengan yang satu ini….., kenapa aku bisa jatuh cinta….?”, tanya si bapak sambil menengadah…, menerawang jauh…..

“Aku bertemu dia…., ketika mobilku mogok di pinggir kota…., gadis itu berdagang makanan dan minuman…., selesai aku memperbaiki mobil…., aku mengaso di kedainya…., dan aku memesan minum…”, bapak itu menghisap rokoknya, tetap menerawang…..

“Entah mengapa…., ketika dia menyuguhkan minuman….., kami saling berpandangan…..”, bapak itu tersenyum seolah-olah kejadian itu sedang terjadi di depannya

“Dan…. tiba-tiba jantungku berdegup kencang…., seakan-akan… aku baru saja melihat orang yang sudah lama…. sekali aku cintai…!”, bapak tersenyum lagi….
“Ketika aku sadar…., aku berpikir…. ahh ini hanya masalah puber saja…., aku tak mau berpikir yang tidak-tidak…., aku mencintai istriku….”, dibuangnya sisa rokok

“Tapi…. sudah lewat dua minggu, aku memfokuskan diri dengan bekerja…, bayangan gadis itu…. tetap saja berada dalam pikiranku”
“Aku kembali mendatanginya…, jantungku kembali berdegup kencang…, dan… pada perjumpaan yang ke lima…, kami sudah menjadi akrab….”, kembali bapak berdasi tersenyum….

“Aku tahu, gadis itu seiman denganku…., begitu juga keluarganya…., tapi…. mengapa Tuhan memberi cinta kepada kami…, disaat aku sudah beristri…. ?”, seolah-olah bapak itu bertanya kepada kami bertiga
“Maaf, kalau kalian berpikiran ini adalah nafsu…., kalau toh ada… aku tak akan melakukannya…, jika sudah menikah, baru aku mau…”, bapak berdasi menatap kami tajam.

Hujan masih tak mau mereda…., angin laut sudah tak lagi seliar tadi…., bahkan tak ada angin sama sekali, aku baru menyadarinya

“Pak…., menurut saya…., pendapat orang jangan didengar…., tapi… bukanlah suatu kebetulan kita bertemu di sini…., bukan kebetulan juga bapak bertemu dengan gadis itu…., semuanya sudah diatur oleh Tuhan…, tak ada satupun kejadian yang tidak diketahui oleh Tuhan”, pemuda atletis berkata

“Yah…”, bapak berdasi menganggukan kepalanya
“Amin…”, aku dan gadis itu menyetujui berbarengan

“Jadi…, apa yang aku harus lakukan….?”, tanya bapak itu
“Maaf pak ! jika gereja di sini tidak mau memberkati pernikahan bapak…., berarti bapak harus mengeluarkan banyak uang untuk pemberkatan itu…”, pemuda atletis itu menerangkan

“Maksudnya….? Oh… kalau soal uang…, maaf, walau banyak…., akan aku usahakan….”, sambut bapak berdasi dengan bersemangat
“Ya ! bapak harus mengadakan pemberkatan di luar negri…., di sana ada gereja yang bersedia memberkati bagi mereka yang kesulitan diberkati di negaranya….”, kata pemuda itu

“Ohh…. ahh…. yah… yah…! mengapa tak terpikir olehku….? Hmm… terima kasih… terima kasih….”, bapak itu segera berdiri dan menyalami pemuda atletis, dengan tersenyum lebar dan mata yang berbinar-binar
“Terima kasih…, terima kasih…”, bapak itu menyalamiku dan gadis itu

“Tapi kalau biayanya terlalu mahal…., bapak boleh berdoa bersama gadis itu, di suatu kamar…., memohon persetujuan Tuhan untuk pernikahan bapak ….”, pemuda itu menambahkan
“Ini cuma pemikiran saya lho…., karena, jika manusia tidak menyetujui apa yang sudah Tuhan rencanakan…., apa Tuhan harus mengalah kepada manusia ?”, tambahnya lagi

“Terima kasih…., aku akan mempertimbangkannya….”, kata bapak berdasi dengan senyum yang sekarang selalu berada di bibirnya…..

“Haem….. inilah kehidupan….”, kataku sambil mendesah….
Semuanya menganggukan kepala…., setuju.
Dan aku teringat sesuatu….

“Kamu juga…., sepertinya ada masalah yah…?”, tanyaku sambil mengambil pak rokok yang tadi kuberikan kepada pemuda atletis
Dia tersenyum miris…. dan menganggukkan kepalanya…

“Ya ! aku punya masalah yang berat… amat berat bagi kehidupan bermasyarakat…”, pemuda atletis berkata
“Tapi… aku juga harus berterima kasih kepada bapak ini”, dia menunjuk jari jempolnya kepada bapak berdasi
“Kepada… semualah… ha… ha… ha…”, kini pemuda atletis tertawa riang

“Aku cerita yah….”, lanjutnya sambil membenarkan posisi duduknya

“Dulu…., sebelum aku menjadi orang kristen, aku tidak memiliki agama…., orang tuaku lumayan berada…, sehingga aku berkecukupan dalam segalanya”, dia berhenti sejenak

“Dalam usia delapan belas tahun, papaku meninggal…., karena aku adalah anak pertama…., adik-adikku ada dua orang, maka aku yang memegang pimpinan perusahaan…., sedangkan mama hanya seorang ibu rumah tangga… yang kalau melihat laporan kerja…. wah… bisa sakit tujuh hari dia… ha… ha… ha…”

Kami semua tertawa…..

“Karena aku menjadi pemimpin perusahaan…, maka aku mengambil kuliah malam…., dan sampai hari ini aku belum punya pacar jadinya….”, sekali lagi pemuda itu tertawa sambil melirik si gadis

“Ada satu kejadian…. yang menyebabkan aku menjadi orang kristen…”, kembali pemuda itu membenarkan posisi duduknya…. sambil melirik lagi ke si gadis…. dan sungguh beruntung ! gadis itu juga menoleh kepadanya….

“Ohh…, ehh…, ehm…, be… begini…”, pemuda atletis itu berusaha menguasai kegugupannya
Aku tertawa dalam hati…, gadis itupun tertunduk sambil tersenyum

“Su… suatu ketika…, ehm !”, si pemuda berusaha mengontrol diri
“Suatu ketika aku harus mengikuti tender di luar pulau…, tapi ternyata pesawatku di delay…, jadi aku berjalan-jalan di bandara… mengisi kesuntukan”
“Sampai di toko buku, akupun masuk…., karena aku memang gemar membaca…”, kini pemuda itu tak berani melirik si gadis lagi…, matanya tertuju ke arah aku dan bapak berdasi

“Setelah baca… baca… dan baca…., akhirnya kuputuskan untuk membeli beberapa buah buku.., lumayan untuk menghilangkan waktu di pesawat…”
“Akhirnya pesawatku diterbangkan….setelah satu jam menunggu…”
“Ketika aku membuka bungkusan buku-buku, terjatuh sehelai brosur, dan… ternyata brosur itu adalah brosur tentang kkr yang bertemakan ‘hanya Yesus yang sanggup menolong anda’…., aku biasa saja…, brosur itu aku selipkan di tempat meja lipat”

Hujan sudah sedikit mereda…. sedikit, karena masih lebat…., tetapi sudah mulai terlihat bulan separuh di langit sana.

“Ketika memasuki lokasi dimana pesawatku akan mendarat… tiba-tiba hujan turun dengan derasnya…. pesawatku bergetar kencang….., beberapa detik kemudian… pilot pesawat mengumumkan…. bahwa pesawat dalam keadaan darurat…. dan para penumpang diharuskan untuk memakai masker oksigen…. sambil merundukkan kepala….”, pemuda itu menghela nafas….

“Aku sadar… kalau nyawaku sudah berada di ambang maut…., ketika aku merunduk…, terlihat brosur itu…., dengan spontan aku mengucap dalam hatiku…, ‘Yesus… tolonglah aku’… sedetik kemudian…. BRAKKK….!!!, pesawatku terbelah dua…. angin dan hujan membanjiri tempat dudukku…, dan…. aku tak ingat apa-apa lagi setelah itu…”, pemuda itu menghela nafas lagi

“Ketika aku siuman…, aku sudah berada di rumah sakit…, mamaku memaksa untuk memindahkan aku kemari….”
“Di kamar itu ada mamaku, adikku yang laki-laki dan seorang oom-oom yang berusia sebaya dengan mamaku…, dan ternyata oom itu adalah pastor yang diajak oleh adikku…, dia sudah masuk katholik”, berhenti sejenak…

“Aku diceritakan oleh mamaku…, peristiwa yang terjadi beberapa hari yang lalu…, mamaku tak henti-hentinya menangis…., beliau berkata… bahwa cuma aku satu-satunya yang hidup dari peristiwa tersebut….”
“Ketika badan pesawat terbelah…, aku dan kursi yang aku duduki terlontar…., aku ditemui oleh penduduk setempat di perkebunan teh…, aku tak sadarkan diri selama dua hari….”, pemuda atletis mengusap mukanya

“Kondisiku… baik, hanya lecet-lecet saja…”
“Pastor itu berkata bahwa aku telah ditolong oleh Tuhan Yesus…., mendengar kata Yesus…., aku menangis…., mama dan adikku juga saling menangis….”, mata pemuda itu berkaca-kaca

“Mulai dari kejadian itu…, aku dan mama dan adikku yang satu, menjadi orang kristen…”
“Plok… plok… plok…plok… plok….”, bapak berdasi yang memulai bertepuk tangan…, dilanjutkan oleh gadis itu dan aku….

“Terima kasih….”, sambut pemuda atletis sambil tersenyum
“Waktu aku masuk ke tempat ini…, ada pergumulan yang amat berat…., tapi setelah mendengar cerita dari bapak-bapak dan nona cantik….”, pemuda itu tersenyum… yang ditanggapi oleh senyum si gadis
Sudah tidak gugup lagi pemuda itu….

“Aku sadar…., dari semua ini, setiap permasalahan… hanyalah persoalan tentang CINTA !”
“Dan kini…. bebanku sudah terbebaskan…., Puji Tuhan…. Terima kasih Tuhan Yesus….”, pemuda itu berkata sambil menengadakan kepalanya

“Apa sebenarnya masalahmu…?”, kata bapak berdasi
Aku dan gadis itu juga penasaran, jadi langsung menatap pemuda itu

“Aku seorang pemimpin perusahaan kontraktor…., usaha kami sudah maju sejak dirintis oleh almarhum papa…, minggu yang lalu…, seorang pendeta berkhotbah, beliau mengatakan bahwa ‘orang kristen sekarang kalau di gereja menjadi orang kristen…. selesai ibadah…. jadi orang dunia lagi…’”

“Dikatakan lagi… ‘orang kristen masih suka sogok sana… sogok sini…., apakah itu yang dimaksud cinta Tuhan…?’”
“Perkataan itu menampar diriku…., hmm…. selama ini… yang aku kerjakan… yah itu…. sogok sana…. sogok sini….”, pemuda itu tertunduk

“Habis, apa mau dikata….? Pekerjaanku memang bergelut dibidang itu…., kalau tak menyogok… tak ada pekerjaan…. tak bisa membayar gaji pegawai…., bagaimana ini…?”, tanya pemuda atletis itu

“Tapi… semuanya itu cuma gara-gara CINTA…. ha… ha… ha…”, pemuda itu sudah bisa tertawa lagi….
“Bapak ini….”, menunjuk ke aku, “Sangat mencintai istrinya….”
“Dan bapak itu…” kepada bapak berdasi, “Cintanya datang untuk yang kedua kalinya….”
“Nona ini….”, sejenak dia ragu mengatakannya
“Nona ini…, mengorbankan apapun untuk cintanya….”, si gadis tersipu malu

“Hemm… cinta… cinta…, terkadang dia membelai dan tulus…., terkadang dia melukai dan kejam….”, si pemuda menganalisa cinta
“Cintaku terhadap harta…. atau cintaku terhadap Tuhan Yesus…?”, pemuda itu menimbang-nimbang
“Aku akan mencintai…. Tuhan Yesus…. daripada harta….! harta dapat dicari…., tetapi Tuhan Yesus…. cuma satu-satunya…., ya ! aku tetap cinta Tuhan Yesus…”, kata pemuda itu dengan semangat

Kami semua bersukacita….
Hujanpun sudah berhenti…., langit cerah… kerlip bintang-bintang menaungi malam yang gelap ini.

“Nona…, kamu mau kemana setelah ini…?”, hmm…. pemuda atletis itu mulai memberanikan diri
“Aku tak tahu…., aku masih ingin sendiri….”, sahut gadis itu
“Oh… namaku Obert”
“Anna…”, balas si gadis
“Aku Frans”, bapak berdasi menyebut namanya
“Gunawan…”, aku juga menyebut namaku

Kamipun saling berjabatan tangan….

“ Wah… hujan sudah berhenti…. yuk kita makan…”, Obert menawarkan kami untuk makan malam

“Oh…, sorry lain kali saja…., aku mau buru-buru pulang… menemui istriku”, jawabku sambil tersenyum, membayangkan wajah istriku nan cantik

“Ya ! aku juga mau pulang…, mampir dulu ke rumah Afika… cintaku… ha… ha… ha…”, pak Frans berkata dengan riang

“Anna…?”, Obert mencoba bertanya kepada Anna
“Mmmm…..”
“Ayolah… Anna pasti lapar tuh….., ayo Obert ajak Anna makan…., setelah itu… antar Anna pulang yah…! ha… ha… ha…”,  perintah pak Frans sambil tertawa senang
“Okey..”, Anna pun menyanggupinya

Sebelum bubar… kami saling menukar kartu nama, kecuali Anna… biarlah kami sudah punya kartu nama Obert…..

Akhir yang bahagia…., terima kasih Tuhan… KAU telah mempertemukan kami di pantai kenangan ini…, di gubuk ini….
Terima kasih juga Tuhan…. KAU tak mengijinkan kami berlalu… sebelum permasalahan kami terpecahkan….

Bukan kebetulan, empat orang asing bertemu di sini…
Bukan kebetulan aku, pak Frans, Anna dan Obert bertemu di sini….
Berbeda permasalahan…. dapat kami selesaikan satu dengan yang lain…

Adakah yang dapat mengaturnya ?
Kecuali Allah Bapa yang mempertemukan kami…
Kecuali Allah Bapa yang merancangkan keindahan ini…

Bukan kebetulan… kini kami masing-masing memiliki tiga sahabat….

CINTA…, ahh…. aku teringat sebuah lagu lama….

Without Love

[intro]
To live for today and to love for tomorrow

is the wisdom of a fool

because tomorrow is promised to noone
you see
love is that wonderful thing
that the whole world needs plenty of.

If you think for one minute that you can live without it
then you are only fooling yourself.

Listen
please
I like to tell you something
that happened to me just the other day.

[sing]
I awakened this morning
I was filled with despair

all my dreams turned to ashes and now they are gone.
And I looked at my life it was barren and bare
without Love I had nothing… nothing at all.

Without Love I had nothing
without Love I had nothing… nothing at all.

I had conquered the world
but what then did I have ?
Without Love I had nothing… nothing at all.

I once had a sweetheart
who loved only me
there was nothing that she would not give.
I was blind to her goodness and I just could not see
that a heart without love cannot live.

Without Love I had nothing
without Love I had nothing at all.

I had conquered the world
but what then did I have ?
Without Love I had nothing… nothing at all.
[end]

Tanpa CINTA… aku tak memiliki apa-apa….

Ya ! hanya CINTA/KASIH yang memungkinkan aku lahir di dunia ini…
Hanya karena CINTA aku bertemu dengan istriku…

Istriku…, tunggu kedatanganku…., walau apapun yang terjadi…, aku tetap mencintaimu…. sampai Bapa menjemputku.

Mama…, biarlah CINTA kami tetap seperti ini…, sampai selama-lamanya.

Bahkan duniapun membutuhkan CINTA…..
Tanpa CINTA… dunia tak memiliki apa-apa….


Terima kasih Allah Bapa, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus, amin.


~ SELESAI ~


Cerita ini sebagian nyata, sebagian lagi fiksi…,
yang mana…? silahkan cari sendiri…
Nama dan tempat yang memiliki kesamaan, itu disengaja….
jadi jangan protes…
Yang terpenting inti cerita ini me-Mulia-kan nama Tuhan, Amin


Nara Sumber :
- Perkataan istri pak Frans : Matius 19:6
- Kisah Obert : Yesaya 45:5, Ibrani 11:1
- Keputusan Obert : Matius 19:21

- Lyrik lagu :

- Lagu, “Without Love, I Have Nothing” oleh Tom Jones

 - Keseluruhan cerita ini : Matius 13:47, 1 Korintus 13:13, Yesaya 55:8, dan
   Pengkhotbah 3:4

Berikan CINTA kepada Tuhan Allah, kepada sesama dan kepada dunia.




Tuhan memberkati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuhan memberkati kita