img.bhsmly { height: auto !important; vertical-align: middle !important; width: auto !important; border:0px !important; }

Jumat, 10 Mei 2013

BENAR | SALAH



BENAR | SALAH


Dalam uji-ilmu di sekolah, umumnya terdapat 3 (tiga) jenis pertanyaan; pilihan ganda (a, b, c, dan d); benar atau salah (menentukan pernyataan); dan esai (menjawab secara perseorangan).

Judul di atas, BENAR | SALAH , BENAR jika suatu hal memang benar adanya dan SALAH bila hal itu tidak dapat di-benar-kan.
Mari kita lihat pertanyaan berikut ini;

      1 + 1 = ……?
      Maka jawabnya >>> 1 + 1 = 2 BENAR ?      SALAH !!!

      1 + 1 = 10 !!! Ini baru BENAR

Benarkah ? Tentu ! tanyakan saja pada anak taman kanak-kanak, pasti akan dijawab SALAH !!! ha… ha… ha…
Eits… jangan senang dulu… coba kita bertanya kepada ahli matematika atau ahli komputer…, mereka akan berkata, “Benar itu adalah bilangan biner

Apa sih bilangan biner itu ?

Penulis kasih tahu yah, “Sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua adalah sebuah sistem penulisan angka dengan menggunakan dua simbol yaitu 0 dan 1.” ~ http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_bilangan_biner

Jadi, 1 + 1 = 10 adalah BENAR, menurut para komputerolog, dan… yang “dibenarkan” oleh kita-kita yang bukan ahlinya (tapi pura-pura sok ngerti...).



Para pembaca yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, dari gambaran di atas yang nyata dan logika, ternyata BENAR | SALAH , sudah mengelilingi dalam kehidupan kita, baik kehidupan duniawi maupun rohani.

Dalam kehidupan duniawi hal yang SALAH ‘dapat’ di-BENAR-kan sudah tak terhitung lagi jumlahnya, dan penulis tidak ingin membahas tentang ini.

Dalam kehidupan rohani ? masa sih yang SALAH ‘dapat’ di-BENAR-kan ? Tentu saja dapat ! karena manusia mempunyai kehidupan duniawi dan rohani yang tak terpisahkan. Seorang pertapa berkata, ia telah meninggalkan kehidupan duniawi, benarkah ? Benar, jika sang pertapa itu sudah almarhum !

Karena kehidupan duniawi dan rohani saling berdekatan, saling berhimpit, saling berpelukan…, tidak mustahil jika kehidupan rohani ‘terbawa’ oleh kehidupan duniawi.

Mari kita lihat contoh di bawah ini;

(1) Penjaga toko buah, menjual 100 perbuah jeruk, 10 dikantongi, dan 90 disetor ke pemilik toko, karena pemilik toko telah menetapkan 90 perbuah jeruk. BENAR-kah ?
(2) Di gereja, penjaga toko buah itu mempunyai 100 untuk dipersembahkan, tapi dia hanya mempersembahkan 90, yang 10 lagi untuk peminta-minta, BENAR-kah ?

Dalam kasus (1), penjaga toko buah itu SALAH ! karena dia sudah mendapat upah kerja, dan dalam kasus (2), penjaga toko buah tetap SALAH ! karena apa yang seharusnya diberikan untuk Tuhan tidak boleh diberikan untuk manusia, meskipun kelihatannya BENAR, tapi itu BUKAN KEHENDAK TUHAN.

Seperti itulah keterkaitan duniawi dengan rohani.



Sekarang, kita kembali ke gereja.

Bila di dalam peribadahan, seorang jemaat merokok di dalam ruang ibadah, bagaimana sikap gembala jemaat ? bagaimana sikap majelis jemaat ?

Pasti jemaat yang merokok itu akan mendapat teguran, kecaman bahkan (jika membandel) sampai kepada peringatan keras.


Tapi jika dalam peribadahan, seorang jemaat kedapatan MINUM AIR atau MAKAN PERMEN ? Apa tanggapan dari gembala jemaat ? atau majelis jemaat ?

Gembala jemaat, “Saya kan cuma pembawa firman !
Majelis jemaat, “Biarlah, itu urusan jemaat tersebut dengan Tuhan

Astaganaga…...! jadi, tidak ada seorangpun yang perduli ? ruang peribadahan dianggap sebagai kantin ? ck… ck… ck…

Ada anggapan, “Kami meminum, karena habis bernyanyi” atau “Saya habis khotbah, wajar dong kalau haus ?!” atau “Supaya tak ngantuk, jadi makan permen”. Dan inilah anggapan yang SALAH tapi di-BENAR-kan ! bukan hanya oleh sebagian jemaat, juga oleh majelis dan gembala jemaat.


Sama halnya dengan ruang ibadah yang seharusnya tenang dan damai, kini ruang ibadah di ‘sulap’ menjadi ruang pertemuan seminggu sekali.

Jika ibadah belum dimulai, “Tak apa-apakan kalau saling melepas rindu (sambil tertawa terkikik-kikik)” atau “Latihan pemandu pujian, mah bolehkan…?” atau “Masih ada waktu, boleh dong ber-sms-ria….
Tambahan, “Jika ingin bersaat teduh, yah bersaat teduh saja…, aku tak menganggu koq !

SALAH tapi di-BENAR-kan !


Seperti itukah kondisi gereja di saat ini ?
Tidak ada lagi majelis yang tersenyum sambil menempelkan jari telunjuknya di mulut, ketika sekelompok jemaat tertawa/berbicara/berbisik di ruang ibadah.

Kenapa ? sebab, tiga menit sebelum ibadah dimulai, majelis yang tidak bertugas baru hadir, dan tiga puluh menit sebelum ibadah dimulai, majelis yang bertugas baru hadir kemudian… duduk berbincang-bincang, tertawa-tawa di ruang konsistori, tanpa perlu melihat apakah perlengkapan peribadahan telah tertata rapi ? karena sudah ada pesuruh yang merapikannya.
Kalau tidak benar, tinggal tegor saja pesuruh-nya, tidak masalahkan ?!

Jadi teringat dengan jaman TABUT PERJANJIAN, hanya suku Lewi-lah yang diperkenankan Tuhan untuk mengangkut Tabut Perjanjian, untuk bertugas melayani Tuhan.
Lalu, bagaimana dengan majelis jemaat ? yang telah mengaku untuk MELAYANI TUHAN ? Jika pelayanan yang diberikan majelis jemaat hanya sebatas rapat, mengatur dan memerintah, di-BENAR-kankah ?



Hal serupa juga terjadi pada gembala jemaat. Seorang gembala akan tahu jika seekor saja dombanya tersesat, walau ia menggembalai ratusan domba.
Tapi ‘gembala’ ini cuma memusatkan dirinya pada apa yang harus dia kerjakan, menerangkan Firman Tuhan, memberi tahu kalau sorga itu indah dan neraka itu celaka, yang penting jemaat bersemangat untuk ke sorga, tanpa repot-repot mengoreksi ketidak-BENAR-an perbuatan ‘domba’nya di ruang ibadah.

Bagaimana tanggapan dari petinggi gereja ?. Para petinggi gereja adalah mereka yang jabatannya di atas gembala jemaat dan majelis jemaat, umumnya mereka memiliki gelar kesarjanaan teologi-nya lebih dari satu. Adakah mereka mengetahui hal ini ? atau tutup sebelah mata dan mem-BENAR-kan juga ?

Sudah seharusnya para petinggi gereja memiliki kebijakkan yang “lebih” dari majelis maupun gembala jemaat. Terlebih lagi, mereka sudah belajar ilmu teologi tentu tahu, bagaimana sebuah Bait Allah harus dipersiapkan dan dipergunakan.

Catatan :  teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. ~ http://id.wikipedia.org/wiki/Teologi



Para pembaca yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, penulis bertanya-tanya, mengapa hal ini dapat terjadi ? mengapa ruang untuk beribadah kepada Allah Bapa Yang Agung selalu diremehkan ? jika ruangan-NYA saja sudah diremehkan, bagaimana dengan Penghuni-NYA ? PEMILIK-NYA ?

Kembali kepada TABUT PERJANJIAN.
Tabut Perjanjian pernah diremehkan. Uza anak dari Abinadab (bukan suku Lewi) bermaksud ingin menyelamatkan Tabut Perjanjian ketika lembu-lembu yang mengangkut Tabut itu tergelincir, apa yang terjadi pada Uza ? M A T I.

Penulis tidak ingin menakut-nakuti, tapi membayangkan sebagian jemaat yang menjadi almarhum karena meremehkan ruang ibadah kepada Allah Bapa… hiiih… jangan dah…!



Ini PERINGATAN bagi; majelis, pembawa firman dan petinggi gereja.



Belum lama ini peringatan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus atau yang dikenal dengan sebutan PASKAH, kita rayakan. Dalam kegembiraan Paskah, penulis dikejutkan oleh sebuah berita yang menyerukan bahwa jangan mencampur-baurkan perayaan Paskah dengan simbol kelinci ataupun telur.

Karena penasaran, penulis bertanya kepada salah seorang pembawa firman, dan jawabannya;

Pembawa firman :
      Sebenarnya tidak ada kaitan langsung antara telur, kelinci dengan perayaan Paskah. Cerita telur dan kelinci diambil dari tradisi negara Inggris. Mereka mengenal dewi Eostre (Jerman: dewi Austro. Indonesia: dewi Sri). Hari Paskah selalu jatuh pada hari dewi Eostre. Kata "Paskah" dalam bahasa Inggris disebut "Easter". Dalam bahasa Jerman disebut Ostern, diambil dari dewi Eoster atau Austro.

Telur diambil karena sebagai lambang cikal bakal kehidupan. Kelinci diambil sebagai lambang kesuburan (berkembang biak). Kedua simbol itu dihubung dengan Paskah, yaitu lambang kehidupan yang berlimpah dalam Kristus.

Kata Paskah dalam bahasa Ibrani: Pesakh, artinya melewati, melalui, keluar. Jadi Makna Paskah yang sesungguhnya, kebangkitan Yesus sebagai tanda bahwa Yesus sudah melewati, melalui atau keluar dari masa sengsara, kematian. Yesus tidak kalah atas maut dan tidak mati. Yesus telah bangkit, hidup dan menang. Inilah makna Paskah bagi kita yang percaya kepadaNYA.”

Penulis :
      Ok, terima kasih pak.
      Jadi sebenarnya, ucapan "happy easter day" tidak benar ?”

Pembawa firman :
      kenapa tidak benar? Easter dalam bahasa Inggris, artinya Paskah. Tidak jadi soal. Hal yang terpenting, makna Paskah itu sendiri.”

Penulis :
      oh, maaf pak, maksud saya, penggunaan simbol kelinci dan telur. Sering kita lihat pada perayaan Paskah, anak sekolah minggu kerap mengadakan permainan "mencari telur (Paskah)", saya jadi berpikir, kalau hal ini menyimpang, karena ada unsur pemujaan allah yg lain, sebaiknya dari anak sekolah minggu pun harus diberikan penjelasannya, jangan menjadi suatu ingatan bahwa Paskah identik dengan "telur Paskah".”

Pembawa firman :
      tergantung kita memaknainya. Secara umum, makna telur kan cikal bakal makhluk hidup!”

Penulis :
      ok, terima kasih pak.
      Tuhan memberkati kita.”

Pembicaraan kami sampai disini.

Para pembaca yang budiman, dari web internet di atas serta dari percakapan antar pembawa firman dan penulis, dapat penulis simpulkan bahwa tidak benar mengaitkan simbol kelinci dan telur dengan Paskah.

Alkitab tidak pernah mengaitkan ataupun mencampur-adukkan peristiwa Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dengan apapun juga !

Simbol kelinci menggambarkan dewi atau allah lain yang sangat dibenci oleh Tuhan Allah. Simbol telur hanya merupakan pengertian manusia belaka yang belum tentu menjadi kehendak Tuhan.

Penulis memberitahukan kepada para pembaca, khususnya kepada para guru sekolah minggu, majelis jemaat, gembala jemaat, dan petinggi gereja, agar memperingatkan kepada umat Tuhan (anak-anak hingga lansia), bahwa tidak ada kaitannya antara Paskah dengan kelinci atau telur.

Apabila sekolah minggu ingin menyelenggarakan permainan “cari telur” (bukan telur Paskah), silahkan saja, dengan catatan, beritahu kepada anak-anak sekolah minggu, apa makna dari Paskah yang sesungguhnya, dan permainan cuma permainan, TIDAK ADA HUBUNGNYA DENGAN Paskah.

Jangan menuruti apa yang sudah menyimpang, yang akhirnya kita tahu bahwa hal itu tidak BENAR. Rasul Paulus pernah bersabda, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini”.



Setelah penulis mendapat kenyataan bahwa yang SALAH tapi di-BENAR-kan, seperti Paskah, penulis mulai berpikir, apakah Natal dengan Santaclaus dan Pohon Terang, juga termasuk dalam yang SALAH tapi di-BENAR-kan ?

Apa lagi di gereja-gereja saat ini, perayaan Natal “harus” disertakan “hadiah-pintu” di dalamnya alias door-price, di-BENAR-kankah ?



Kembali penulis merenungkan, mengapa gereja-gereja berlaku seperti ini ?
Berebut jemaatkah ? Berebut menjadi murid Tuhan Yesus Kristus ? Mengapa ?

Ada satu nama yang terbesit dalam perenungan penulis, Martin Luther !

Hmmm…. ya…! Martin Luther adalah seorang PEMBERONTAK (Protestant) ! dan TUHAN ALLAH SANGAT MEMBENCI seorang pemberontak !

Alkitab menyatakan bagaimana para pemberontak ‘ditindas’ oleh Allah.

Tengoklah bangsa Israel. Jarak dari Mesir ke tanah Kanaan itu dapat ditempuh sekitar 1 bulan berjalan kaki, tapi… bangsa Israel menempuh dalam waktu 40 tahun ! Mengapa ? karena bangsa Israel adalah bangsa yang tegar-tengkuk ! bangsa yang PEMBERONTAK !

Contoh kedua dari Alkitab, nabi Musa; beliau disuruh Allah untuk mengeluarkan air dari bukit batu, tapi beliau dengan nada tidak percaya (dan Allah tahu), mengetuk tongkatnya 2 kali, akibatnya ? nabi Musa tidak dapat memasuki tanah yang dijanjikan Allah, Kanaan.

PEMBERONTAK yang sederhana berakibat fatal !



Dan Martin Luther memberontak terhadap Bait Allah. Apakah Martin BENAR atau SALAH, tidak perlu penulis jabarkan di sini, tapi, Martin Luther telah MELANGGAR KEHENDAK TUHAN, dan telah mengikuti pengertiannya sendiri.

Sedangkan dalam Alkitab tertulis bahwa, kita jangan mengikuti pengertian kita sendiri, walaupun kita yakin bahwa itu adalah BENAR, belum tentu di-BENAR-kan oleh kehendak-NYA (lihat contoh penjaga toko buah di atas).

Awalnya Martin hanya membuat satu gereja yang memprotes terhadap gereja-nya (Roma Khatolik), dan tanpa disadari perbuatannya menjadikan bermunculan gereja-gereja yang lainnya.

Sisi baiknya perbuatan Martin, baik untuk penyebaran Injil Tuhan Yesus Kristus secara mendunia. Dan sisi buruknya, karena banyak yang “memberdayakan” gereja sebagai sumber ekonomi, bahkan sampai ke arah penyimpangan dari Alkitab.

Karena Martin sudah memberontak, maka gereja-gereja yang bermunculan (akibat Martin) mempunyai kesempatan untuk memberontak juga terhadap Allah, terhadap Tuhan Yesus dan terhadap Roh Kudus. Bagaimana caranya ? yah itu tadi, makan permen di ruang ibadah, minum, bercanda-ria, MENYEPELEKAN peribadahan kepada ALLAH.



Jadi, bagaimana penanggulangan masalah ini ?

Bertindaklah dengan KERAS !

Ubah Ruang Ibadah menjadi suatu ruangan yang khusus.
-  Dilarang makan atau minum
-  Dilarang berbicara, kecuali untuk keperluan ibadah (nyanyi, baca ayat, doa, dan sebagainya)
-  Dilarang menghidupkan telepon genggam, matikan/model sunyi
-  Persiapan Ruang Ibadah dilakukan 3 jam sebelum ibadah dimulai, atau 1 hari sebelum ibadah, diantaranya;
   -  Periksa semua pengeras suara, mikrophon dan pengeras alat musik
   -  Periksa semua lampu dan kelistrikan
   -  Berdoa sebelum dan sesudah melakukan, karena Tuhan tidak akan mempermalukan kita.
-  Dilarang latihan pemandu pujian maupun paduan suara, 3 jam sebelum ibadah dimulai
-  Isilah ruang ibadah dengan alunan piano yang lembut, 1 jam sebelum ibadah dimulai
-  Kunci pintu ruang ibadah, 5 menit setelah ibadah dimulai


Buatlah ruang ibadah menjadi ruang yang nyaman (jika mungkin, kudus) untuk bersaat teduh, berdoa mempersiapkan diri untuk mendengarkan firman Allah, merenungkan hari-hari sebelum hari tersebut.

Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah tata cara berpakaian dalam ibadah.


Penulis mohon maaf, sebenarnya tulisan ini diperuntukkan bagi Penyelenggara Gereja, seperti Gembala Jemaat, Majelis Jemaat, dan Para Petinggi Gereja, dengan maksud agar ruang peribadahan tidak menjadi ruang kantin dan ruang melepas kangen.

Apabila para penyelenggara gereja menemukan hal kebenaran (di luar yang diutarakan penulis), dan sesuai dengan Alkitab, Puji Tuhan, silahkan dibagikan.
Semua kehendak Tuhan dan tata cara kehidupan kita diatur oleh Alkitab.
Itu Keharusan.

Penulis menyadari bila perilaku setiap manusia berbeda satu dengan yang lain, tapi bila para penyelenggara gereja mau kembali (percaya) kepada Alkitab, dan tidak menuruti pengertiannya sendiri (EGO), penulis percaya, tidak akan ada tulisan ini.


Tulisan ini bukan untuk menjelekkan (diskredit) organisasi atau perseorangan.
Tulisan ini berdasarkan kenyataan yang ada.
Bagi yang sudah membaca, hendaknya menyadari dan berusaha untuk memperbaiki.
Ampunan Tuhan akan berguna, bila kita menyadari kesalahan kita dan tidak mengulanginya kembali.



Tuhan memberkati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuhan memberkati kita