Dalam
uji-ilmu di sekolah, umumnya terdapat 3 (tiga) jenis pertanyaan; pilihan ganda
(a, b, c, dan d); benar atau salah (menentukan pernyataan); dan esai (menjawab
secara perseorangan).
Judul
di atas, BENAR
| SALAH , BENAR
jika suatu hal memang benar adanya dan SALAH bila hal itu tidak dapat di-benar-kan.
Mari
kita lihat pertanyaan berikut ini;
1 + 1 = ……?
Maka
jawabnya >>> 1 + 1 = 2 BENAR ?
SALAH !!!
1 + 1 = 10 !!! Ini baru
BENAR
Benarkah
? Tentu ! tanyakan saja pada anak taman kanak-kanak, pasti akan dijawab SALAH !!! ha… ha… ha…
Eits…
jangan senang dulu… coba kita bertanya kepada ahli matematika atau ahli
komputer…, mereka akan berkata, “Benar itu adalah bilangan biner”
Apa
sih bilangan biner itu ?
Penulis
kasih tahu yah, “Sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua adalah sebuah sistem
penulisan angka dengan menggunakan dua simbol yaitu 0
dan 1.”
~ http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_bilangan_biner
Jadi,
1 + 1 = 10 adalah BENAR, menurut para komputerolog, dan… yang “dibenarkan”
oleh kita-kita yang bukan ahlinya (tapi
pura-pura sok ngerti...).
Para pembaca yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, dari gambaran di
atas yang nyata dan logika, ternyata BENAR | SALAH ,
sudah mengelilingi dalam kehidupan kita, baik kehidupan duniawi maupun rohani.
Dalam
kehidupan duniawi hal yang SALAH ‘dapat’ di-BENAR-kan sudah tak terhitung lagi
jumlahnya, dan penulis tidak ingin membahas tentang ini.
Dalam
kehidupan rohani ? masa sih yang SALAH ‘dapat’ di-BENAR-kan ? Tentu saja dapat !
karena manusia mempunyai kehidupan duniawi dan rohani yang tak terpisahkan.
Seorang pertapa berkata, ia telah meninggalkan kehidupan duniawi, benarkah ?
Benar, jika sang pertapa itu sudah almarhum !
Karena
kehidupan duniawi dan rohani saling berdekatan, saling berhimpit, saling berpelukan…,
tidak mustahil jika kehidupan rohani ‘terbawa’ oleh kehidupan duniawi.
Mari
kita lihat contoh di bawah ini;
(1) Penjaga toko buah, menjual 100 perbuah jeruk,
10 dikantongi, dan 90 disetor ke pemilik toko, karena pemilik toko telah menetapkan
90 perbuah jeruk. BENAR-kah ?
(2) Di gereja, penjaga toko buah itu mempunyai 100 untuk
dipersembahkan, tapi dia hanya mempersembahkan 90, yang 10 lagi untuk peminta-minta,
BENAR-kah
?
Dalam
kasus (1), penjaga toko buah itu SALAH ! karena dia sudah mendapat upah kerja, dan
dalam kasus (2), penjaga toko buah tetap SALAH ! karena apa yang seharusnya diberikan untuk
Tuhan tidak boleh diberikan untuk manusia, meskipun kelihatannya BENAR, tapi
itu BUKAN KEHENDAK TUHAN.
Seperti
itulah keterkaitan duniawi dengan rohani.
Sekarang,
kita kembali ke gereja.
Bila
di dalam peribadahan, seorang jemaat merokok di dalam ruang ibadah, bagaimana
sikap gembala jemaat ? bagaimana sikap majelis jemaat ?
Pasti
jemaat yang merokok itu akan mendapat teguran, kecaman bahkan (jika membandel)
sampai kepada peringatan keras.
Tapi
jika dalam peribadahan, seorang jemaat kedapatan MINUM
AIR atau MAKAN PERMEN ? Apa tanggapan dari gembala jemaat ? atau
majelis jemaat ?
Gembala
jemaat, “Saya kan
cuma pembawa firman !”
Majelis
jemaat, “Biarlah, itu urusan jemaat tersebut dengan
Tuhan”
Astaganaga…...!
jadi, tidak ada seorangpun yang perduli ? ruang peribadahan dianggap
sebagai kantin ? ck… ck… ck…
Ada anggapan, “Kami meminum, karena habis bernyanyi” atau “Saya habis
khotbah, wajar dong kalau haus ?!” atau “Supaya tak ngantuk, jadi makan permen”.
Dan inilah anggapan yang SALAH tapi di-BENAR-kan ! bukan hanya oleh sebagian jemaat,
juga oleh majelis dan gembala jemaat.
Sama
halnya dengan ruang ibadah yang seharusnya tenang dan damai, kini ruang ibadah
di ‘sulap’ menjadi ruang pertemuan seminggu sekali.
Jika
ibadah belum dimulai, “Tak apa-apakan kalau saling melepas rindu (sambil tertawa
terkikik-kikik)” atau “Latihan pemandu pujian, mah bolehkan…?” atau “Masih ada waktu,
boleh dong ber-sms-ria….”
Tambahan,
“Jika ingin bersaat teduh, yah bersaat teduh saja…,
aku tak menganggu koq !”
SALAH tapi di-BENAR-kan !
Seperti
itukah kondisi gereja di saat ini ?
Tidak
ada lagi majelis
yang tersenyum sambil menempelkan jari telunjuknya di mulut, ketika sekelompok
jemaat tertawa/berbicara/berbisik di ruang ibadah.
Kenapa
? sebab, tiga menit sebelum ibadah dimulai,
majelis yang tidak bertugas baru hadir, dan tiga puluh menit sebelum ibadah dimulai, majelis yang bertugas baru hadir kemudian…
duduk berbincang-bincang, tertawa-tawa di ruang konsistori, tanpa perlu melihat
apakah perlengkapan peribadahan telah tertata rapi ? karena sudah ada pesuruh yang merapikannya.
Kalau
tidak benar, tinggal tegor saja pesuruh-nya,
tidak masalahkan ?!
Jadi
teringat dengan jaman TABUT
PERJANJIAN, hanya suku Lewi-lah yang diperkenankan Tuhan untuk
mengangkut Tabut Perjanjian, untuk bertugas melayani Tuhan.
Lalu,
bagaimana dengan majelis jemaat ? yang telah mengaku untuk MELAYANI TUHAN
? Jika pelayanan yang diberikan majelis
jemaat hanya sebatas rapat, mengatur dan memerintah, di-BENAR-kankah ?
Hal
serupa juga terjadi pada gembala jemaat. Seorang gembala akan tahu
jika seekor saja dombanya tersesat, walau ia menggembalai ratusan domba.
Tapi
‘gembala’ ini cuma memusatkan dirinya
pada apa yang harus dia kerjakan, menerangkan Firman Tuhan, memberi tahu kalau
sorga itu indah dan neraka itu celaka, yang penting jemaat bersemangat untuk ke
sorga, tanpa repot-repot mengoreksi ketidak-BENAR-an perbuatan ‘domba’nya di
ruang ibadah.
Bagaimana
tanggapan dari petinggi gereja ?. Para petinggi gereja adalah mereka yang jabatannya di
atas gembala jemaat dan majelis jemaat, umumnya mereka memiliki gelar
kesarjanaan teologi-nya lebih dari
satu. Adakah mereka mengetahui hal ini ? atau tutup sebelah mata dan mem-BENAR-kan
juga ?
Sudah
seharusnya para petinggi gereja memiliki
kebijakkan yang “lebih” dari majelis maupun gembala jemaat. Terlebih lagi,
mereka sudah belajar ilmu teologi tentu tahu, bagaimana sebuah Bait Allah
harus dipersiapkan dan dipergunakan.
Catatan : teologi adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi
segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. ~ http://id.wikipedia.org/wiki/Teologi
Para pembaca yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, penulis
bertanya-tanya, mengapa hal ini dapat terjadi ? mengapa ruang untuk beribadah
kepada Allah Bapa
Yang Agung selalu diremehkan ? jika ruangan-NYA saja sudah
diremehkan, bagaimana dengan Penghuni-NYA ? PEMILIK-NYA ?
Kembali
kepada TABUT PERJANJIAN.
Tabut
Perjanjian pernah diremehkan. Uza anak dari Abinadab (bukan suku Lewi) bermaksud ingin
menyelamatkan Tabut Perjanjian ketika lembu-lembu yang
mengangkut Tabut itu tergelincir, apa yang terjadi pada Uza ? M A T I.
Penulis
tidak ingin menakut-nakuti, tapi membayangkan sebagian jemaat yang menjadi almarhum
karena meremehkan
ruang ibadah kepada Allah Bapa… hiiih… jangan dah…!
Ini PERINGATAN bagi; majelis, pembawa firman
dan petinggi gereja.
Belum
lama ini peringatan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus atau yang dikenal dengan
sebutan PASKAH, kita rayakan. Dalam kegembiraan Paskah, penulis dikejutkan oleh
sebuah berita yang menyerukan bahwa jangan mencampur-baurkan perayaan Paskah
dengan simbol kelinci ataupun telur.
(silahkan
di baca, http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=2033)
Karena penasaran, penulis bertanya kepada salah
seorang pembawa firman, dan jawabannya;
Pembawa firman :
“Sebenarnya tidak
ada kaitan langsung antara telur, kelinci dengan perayaan Paskah.
Cerita telur dan kelinci diambil dari
tradisi negara Inggris. Mereka mengenal dewi Eostre (Jerman: dewi Austro. Indonesia: dewi Sri). Hari Paskah
selalu jatuh pada hari dewi Eostre. Kata "Paskah" dalam bahasa
Inggris disebut "Easter". Dalam bahasa Jerman disebut Ostern, diambil
dari dewi Eoster atau Austro.
Telur diambil karena sebagai lambang cikal bakal kehidupan. Kelinci diambil sebagai lambang kesuburan (berkembang biak). Kedua simbol itu dihubung dengan Paskah, yaitu lambang kehidupan yang berlimpah dalam Kristus.
Kata Paskah dalam bahasa Ibrani: Pesakh, artinya melewati, melalui, keluar. Jadi Makna Paskah yang sesungguhnya, kebangkitan Yesus sebagai tanda bahwa Yesus sudah melewati, melalui atau keluar dari masa sengsara, kematian. Yesus tidak kalah atas maut dan tidak mati. Yesus telah bangkit, hidup dan menang. Inilah makna Paskah bagi kita yang percaya kepadaNYA.”
Penulis :
“Ok, terima kasih pak.
Jadi
sebenarnya, ucapan "happy easter day" tidak benar ?”
Pembawa firman :
“kenapa tidak benar? Easter dalam bahasa Inggris, artinya Paskah. Tidak jadi
soal. Hal yang terpenting, makna Paskah itu sendiri.”
Penulis :
“oh, maaf pak, maksud saya, penggunaan simbol kelinci dan
telur. Sering kita lihat pada perayaan Paskah, anak sekolah minggu kerap
mengadakan permainan "mencari telur (Paskah)", saya jadi berpikir,
kalau hal ini menyimpang, karena ada unsur pemujaan allah yg lain, sebaiknya
dari anak sekolah minggu pun harus diberikan penjelasannya, jangan menjadi
suatu ingatan bahwa Paskah identik dengan "telur Paskah".”
Pembawa firman :
“tergantung kita memaknainya. Secara umum, makna telur kan cikal bakal makhluk hidup!”
Penulis :
“ok, terima kasih pak.
Tuhan
memberkati kita.”
Pembicaraan kami sampai
disini.
Para pembaca yang budiman, dari web
internet di atas serta dari percakapan antar pembawa firman dan penulis, dapat
penulis simpulkan bahwa tidak benar
mengaitkan simbol kelinci dan telur dengan Paskah.
Alkitab
tidak pernah mengaitkan ataupun mencampur-adukkan peristiwa Kebangkitan Tuhan
Yesus Kristus dengan apapun juga !
Simbol
kelinci menggambarkan dewi atau allah lain yang
sangat dibenci oleh Tuhan Allah. Simbol telur hanya merupakan pengertian manusia belaka yang
belum tentu menjadi kehendak Tuhan.
Penulis
memberitahukan kepada para pembaca, khususnya kepada para guru sekolah minggu, majelis
jemaat, gembala jemaat, dan petinggi gereja,
agar memperingatkan kepada umat Tuhan (anak-anak
hingga lansia), bahwa tidak ada kaitannya antara Paskah
dengan kelinci
atau telur.
Apabila
sekolah minggu ingin menyelenggarakan permainan “cari telur” (bukan telur Paskah),
silahkan saja, dengan catatan, beritahu kepada anak-anak sekolah minggu, apa
makna dari Paskah yang sesungguhnya, dan permainan cuma permainan, TIDAK ADA HUBUNGNYA DENGAN Paskah.
Jangan
menuruti apa yang sudah menyimpang, yang akhirnya kita tahu bahwa hal itu tidak BENAR.
Rasul Paulus pernah bersabda, “Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini”.
Setelah
penulis mendapat kenyataan bahwa yang SALAH tapi di-BENAR-kan, seperti Paskah, penulis mulai berpikir,
apakah Natal
dengan Santaclaus
dan Pohon
Terang, juga termasuk dalam yang SALAH tapi di-BENAR-kan ?
Apa
lagi di gereja-gereja saat ini, perayaan Natal “harus” disertakan
“hadiah-pintu” di dalamnya alias door-price,
di-BENAR-kankah
?
Kembali
penulis merenungkan, mengapa gereja-gereja berlaku seperti ini ?
Berebut
jemaatkah ? Berebut menjadi murid Tuhan Yesus Kristus ? Mengapa ?
Ada satu nama yang terbesit dalam perenungan penulis, Martin
Luther !
Hmmm….
ya…! Martin
Luther adalah seorang PEMBERONTAK (Protestant) ! dan TUHAN ALLAH
SANGAT
MEMBENCI seorang pemberontak !
Alkitab
menyatakan bagaimana para pemberontak ‘ditindas’
oleh Allah.
Tengoklah
bangsa Israel.
Jarak dari Mesir ke tanah Kanaan itu dapat ditempuh sekitar 1 bulan berjalan
kaki, tapi… bangsa Israel
menempuh dalam waktu 40 tahun ! Mengapa ? karena bangsa Israel
adalah bangsa yang tegar-tengkuk ! bangsa yang PEMBERONTAK !
Contoh
kedua dari Alkitab, nabi Musa; beliau disuruh Allah untuk
mengeluarkan air dari bukit batu, tapi beliau dengan nada tidak percaya
(dan Allah tahu), mengetuk tongkatnya
2 kali, akibatnya ? nabi Musa tidak dapat memasuki tanah yang dijanjikan Allah,
Kanaan.
PEMBERONTAK yang sederhana berakibat fatal !
Dan
Martin
Luther memberontak terhadap Bait Allah. Apakah Martin BENAR atau SALAH, tidak perlu penulis jabarkan
di sini, tapi, Martin
Luther telah MELANGGAR KEHENDAK TUHAN,
dan telah mengikuti pengertiannya sendiri.
Sedangkan
dalam Alkitab tertulis bahwa, kita jangan mengikuti pengertian kita sendiri,
walaupun kita yakin bahwa itu adalah BENAR, belum tentu di-BENAR-kan oleh kehendak-NYA (lihat contoh penjaga toko buah di atas).
Awalnya
Martin hanya membuat satu gereja yang memprotes terhadap gereja-nya (Roma Khatolik), dan tanpa disadari
perbuatannya menjadikan bermunculan gereja-gereja yang lainnya.
Sisi
baiknya perbuatan Martin, baik untuk penyebaran Injil Tuhan Yesus Kristus
secara mendunia. Dan sisi buruknya, karena banyak yang “memberdayakan” gereja
sebagai sumber ekonomi, bahkan sampai ke arah penyimpangan dari Alkitab.
Karena
Martin sudah memberontak, maka gereja-gereja yang bermunculan (akibat Martin) mempunyai kesempatan untuk memberontak juga
terhadap Allah, terhadap Tuhan Yesus dan terhadap Roh Kudus. Bagaimana caranya
? yah itu tadi, makan permen di ruang ibadah, minum, bercanda-ria, MENYEPELEKAN
peribadahan kepada ALLAH.
Jadi,
bagaimana penanggulangan masalah ini ?
Bertindaklah dengan KERAS
!
Ubah
Ruang Ibadah
menjadi suatu ruangan yang khusus.
- Dilarang makan atau minum
- Dilarang berbicara, kecuali untuk keperluan
ibadah (nyanyi, baca ayat, doa, dan sebagainya)
- Dilarang menghidupkan telepon genggam,
matikan/model sunyi
- Persiapan Ruang Ibadah dilakukan 3 jam
sebelum ibadah dimulai, atau 1 hari sebelum ibadah, diantaranya;
- Periksa
semua pengeras suara, mikrophon dan pengeras alat musik
- Periksa
semua lampu dan kelistrikan
- Berdoa
sebelum dan sesudah melakukan, karena Tuhan tidak akan mempermalukan kita.
- Dilarang latihan pemandu pujian maupun paduan
suara, 3 jam sebelum ibadah dimulai
- Isilah ruang ibadah dengan alunan piano yang
lembut, 1 jam sebelum ibadah dimulai
- Kunci pintu ruang ibadah, 5 menit setelah
ibadah dimulai
Buatlah
ruang ibadah menjadi ruang yang nyaman (jika
mungkin, kudus)
untuk bersaat teduh, berdoa mempersiapkan diri untuk mendengarkan firman Allah,
merenungkan hari-hari sebelum hari tersebut.
Hal
lainnya yang harus diperhatikan adalah tata cara berpakaian dalam ibadah.
Penulis
mohon maaf, sebenarnya tulisan ini diperuntukkan bagi Penyelenggara
Gereja, seperti Gembala Jemaat, Majelis Jemaat, dan Para
Petinggi Gereja, dengan maksud agar ruang peribadahan tidak menjadi ruang kantin dan ruang
melepas kangen.
Apabila
para penyelenggara gereja menemukan hal kebenaran (di luar yang diutarakan
penulis), dan sesuai dengan Alkitab, Puji Tuhan, silahkan dibagikan.
Semua
kehendak Tuhan dan tata cara kehidupan kita diatur oleh Alkitab.
Itu
Keharusan.
Penulis
menyadari bila perilaku setiap manusia berbeda satu dengan yang lain, tapi bila
para penyelenggara gereja mau kembali (percaya)
kepada Alkitab, dan tidak menuruti pengertiannya sendiri (EGO),
penulis percaya, tidak akan ada tulisan ini.
Tulisan
ini bukan untuk menjelekkan (diskredit)
organisasi atau perseorangan.
Tulisan
ini berdasarkan kenyataan yang ada.
Bagi
yang sudah membaca, hendaknya menyadari dan berusaha untuk memperbaiki.
Ampunan
Tuhan akan berguna, bila kita menyadari kesalahan kita dan tidak mengulanginya
kembali.
Tuhan
memberkati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuhan memberkati kita