img.bhsmly { height: auto !important; vertical-align: middle !important; width: auto !important; border:0px !important; }

Jumat, 30 November 2012

Perembesan Duniawi



PEREMBESAN  DUNIAWI


Catatan: Uneg-uneg di bawah ini mengungkapkan perasaan iblis (setan). Bagi yang tidak kuat iman dan mudah tergoda, sebaiknya menghentikan pembacaannya di sini !


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/), kata iming-iming diartikan sebagai “sesuatu untuk membujuk (memikat hati); pemikat”. Sedang kata pemikat, dengan kata bakunya pikat diartikan sebagai “menarik dan membujuk hati”.

Dengan kata lain, iming-iming berarti “sesuatu yang menarik dan untuk membujuk hati”.



Di dunia moderen ini sudah banyak “sesuatu yang menarik dan membujuk hati”, terlebih-lebih dalam dunia perdagangan. Perusahaan dagang saat ini saling berlomba-lomba untuk “mengambil hati” seseorang, yang biasa disebut sebagai pelanggan.

Kalau di era 70-an, warung-warung kelontong buka di pagi hari dengan apa adanya, kini warung buka dengan mencantumkan nama barang-barang yang akan dijual, disertai harga, dan ditambah potongan harga kalau membeli dalam jumlah tertentu. Iming-iming.

Semua dunia perdagangan menggunakan iming-iming untuk meraih para pelanggan sebanyak-banyaknya, tidak tahu apakah iming-iming itu benar atau hanya sebagai daya tarik bagi sang pelanggan, entahlah…

Bahkan ada beberapa perusahaan yang berani menjual satu barang dengan hadiah lebih dari hitungan jari tangan ! Jika dihitung…., nilai hadiahnya bisa lebih besar dari nilai barang yang dijualnya. Edan !



Sekarang, bagaimana dengan gereja ? Rumah Tuhan ?, terbawakah dengan kesukaan duniawi, seperti “sesuatu yang menarik dan untuk membujuk hati” ?

Bermula dengan hadiah natal…., Tuhan Yesus yang ulang tahun, koq manusia yang dapat hadiah ? “Oh…, ini cuma kalender…., kan sesudah natal adalah tahun baru….!” Hmm… yah, masih masuk akal….

Tahun berganti tahun, dan kalender masih menjadi hadiah natal plus….. payung…! “Oh…, payung berguna, kalau sedang hujan dan jemaat mau pergi ke gereja….!” Masuk akal…?!!

Lama kelamaan, hadiah natal sudah bukan lagi barang yang menjadi kebutuhan hidup ! Bahkan…. dalam perayaan natal, disediakan penarikan door-price ! Kenapa ? alasan klise-pun diutarakan…., “Biar tambah meriah perayaan natal ini, supaya simpatisan berdatangan….

Haruskah peringatan kelahiran Tuhan Yesus dibuat sedemikian meriah ?

Perayaan-perayaan di gereja sudah layaknya pesta-pesta duniawi saja. penuh dengan iming-iming, penuh dengan hadiah duniawi dan bukan sebagai barang kebutuhan hidup, oh….

Bahkan di sebuah gereja, untuk membaca Alkitab saja, diberikan iming-iming !
Jadi bukan lagi merenungkan (memikirkan atau mempertimbang[kan] dalam-dalam) firman Tuhan -Yosua 1:8-, tetapi kata ‘renungkan’ sudah diubah menjadi ‘hafalkan’ untuk mendapatkan iming-iming duniawi…. ck… ck… ck…


“Sesuatu yang menarik dan untuk membujuk hati”, atau iming-iming hanyalah segelintir kecil dari perembesan hawa duniawi ke dalam gereja. Mari kita simak, perembesan-perembesan apa saja yang “wajar” (?) dilakukan dalam gereja.


Allah Bapa tidak pernah sekalipun menagih bayaran untuk Firman yang telah disabdakan-NYA, untuk didengar oleh manusia. Ini pernyataan umum yang tidak tertulis.

Tapi mengapa gereja meminta bayaran untuk mendengarkan firman Tuhan ? contoh; Bina Pranikah, seminar-seminar duniawi yang disangkut-pautkan dengan firman Tuhan, retret, sekolah alkitab (yang memang diadakan bagi program gereja), dan sebagainya.

Berbagai alasan dikemukakan oleh majelis gereja (juga oleh sinode); harus membayar pembawa firman, menyediakan fotocopy makalah, biaya konsumsi, transport dan akomodasi, dan lainnya. Tapi benarkah ?

Pembawa firman, memang harus diberi upah, karena dari sana beliau menafkahi diri dan keluarganya.

Gereja sebagai sarana utama dalam penyebaran firman Tuhan, sekali lagi dipertanyakan, “Apakah harus membayar untuk mendengarkan firman Tuhan yang diberikan oleh Tuhan secara GRATIS ?

Gereja memperoleh dana dari persembahan, guna untuk pembiayaan kebutuhan gereja, untuk diakonia (pelayanan gereja; bakti sosial ke masyarakat umum), dan sebagainya.

Satu pertanyaan lagi, “Apakah dari uang persembahan (setelah dipotong dengan biaya gereja) tidak mencukupi untuk membiayai acara-acara berbayar itu ?”

Jika jawabannya tidak, yah berdoa dong…(untuk apa gereja disebut Rumah Doa), katakan kepada Tuhan, mau mengadakan acara ini dan itu, dan saat ini gereja sedang kekurangan dana.

Apabila jumlah jemaat 200 jemaat, dan sudah setengah tahun dana yang tersedia baru cukup untuk 50 jemaat, jelaskan hal ini kepada para jemaat, gunakan undi bagi jemaat yang bersedia hadir, dan untuk yang belum dapat, dimohon agar bersabar. Bisa diterima oleh majelis ?!

Masih banyak jalan keluar guna meniadakan bayaran untuk mendengarkan firman Tuhan. Gunakan akal-budi yang Tuhan berikan kepada kita sejak lahir.

Atau, masih berdalih lagi,Kalau tidak bayar, jemaat suka main-main…
Silahkan bagi mereka yang main-main, gereja cuma pelaksana, untuk tanggung-jawab…. ditanggung masing-masing.pribadi kepada Tuhan, bereskan ?!

Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya ?" Mazmur 77:9


Satu lagi persoalan duniawi yang dianggap “penting” bagi gereja, KEMEWAHAN.

Dunia perbelanjaan, dunia permainan, dunia prostitusi, dan dunia-dunia yang lainnya, saling berlomba untuk memberikan kemewahan demi kenyamanan pelanggannya. Itu hal yang wajar.

Tetapi kalau gereja saling berlomba-lomba untuk KEMEWAHAN beralaskan untuk kemuliaan Allah…? Sedang dalam radius 100 meter atau 1.000 meter dari gereja, masih ada sekelompok keluarga tunawisma yang pagi makan nasi, siang dan sore… makan angin ?

Dimana letak KEMEWAHAN bagi Kemuliaan Allah ?

Kemewahan bagi Kemuliaan Allah terdapat pada kitab Injil Matius 22:39, “Kasihilah sesamamu manusia SEPERTI  DIRIMU  SENDIRI.

Kalau gereja ingin mewah, mewahkan dahulu para tunawisma yang berada dalam radius 1.000 meter, mampu dan bersediakah ?

“Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.”Galatia 5:26


*     *     *     *     *     *     *


Sang iblis hanya bisa termenung sedih….
Gereja adalah satu-satunya tempat pertempuran yang paling mengasyikkan bagi sang iblis (walau selalu kalah), tapi sekarang sudah tidak lagi….

Ketika sebuah gereja dibangun, Allah menugaskan malaikat pelindung untuk menjaga gereja beserta umat-NYA.

Kini, gereja yang dilindungi Allah, sudah tidak ada lagi…, karena ruang yang paling utama dalam gereja adalah Ruang Ibadah. Tapi sekarang…

Ruang ibadah sudah dipenuhi oleh hawa kekejian….

Ruang ibadah sudah tidak bisa dipergunakan untuk bersaat teduh, karena riuhnya jemaat yang saling menyapa… dan juga latihan pemusik bersama pemandu pujian…

Ruang ibadah sudah tercemar, oleh makanan (permen) dan minuman yang dengan terang-terangan dikonsumsi oleh jemaat di saat beribadah…

Ruang ibadah sudah ternoda, oleh pikiran-pikiran bisnis, mau kemana setelah kebaktian, persoalan rumah tangga, bahkan oleh pikiran mesum…

Ruang ibadah sudah berubah menjadi sebuah panggung pertunjukkan, dimana sebuah paduan suara digelar…. dan diakhiri dengan riuhnya tepukan tangan, serta kebanggaan bagi para pemainnya…

Ruang ibadah sudah dipenuhi oleh transaksi-transaksi duniawi…

Ruang ibadah sudah dibanjiri oleh kepura-puraan…

Ruang ibadah sudah menjadi ruangan umum, dimana manusia bisa datang dan pergi sesukanya, tanpa mengindahkan Tuhan-NYA.

Tak ada lagi kekhusyukan di dalam ruang ibadah…
(khusyuk = penuh penyerahan dan kebulatan hati; sungguh-sungguh; penuh kerendahan hati)

Tuhan, pemimpin ibadah sudah tidak lagi dihormati, jemaat gadis/wanita memakai rok mini, dengan blus transparan, jemaat pria santai menggunakan celana jeans dan berkaus oblong/t-shirt…

Malaikat pelindung sudah tidak ada di gereja…, Allah pun enggan menapakkan kakinya di ruang ibadah yang sudah berbau busuk. Hawa duniawi (kekejian) sudah memenuhi gereja.




Dulu…, ketika gereja baru dimulai, memang iblislah yang memegang peran untuk menghasut manusia serta menggodanya.

Menghasut supaya memberi iming-iming untuk yang hadir ke gereja…, semakin banyak jemaat yang hadir…, semakin bangga para majelisnya…, semakin maju gereja itu ! (ini gereja atau toko kelontong ? semakin banyak pelanggan, semakin senang pemilik toko)

Menghasut untuk membangun gereja yang lebih megah lagi dari yang sudah ada…, jadi para majelis juga akan merasa bangga….(bukan Allah yang bangga) !

Menggoda untuk mencari “uang” dengan bertemakan firman Tuhan, kalau tidak untung, setidaknya dapat makan enak…. atau biaya penginapan ditanggung oleh peserta… atau bisa jalan-jalan keluar kota gratis…. dengan uang persembahan jemaat.

Menghasut manusia untuk tidak pergi ke gereja…, atau datang terlambat…
Menggoda agar manusia berpakaian trend masa kini…, atau menghasut agar manusia menyediakan permen, “supaya tidak mengantuk”, alih sang iblis

Menggoda untuk berpikir tentang bisnis, tentang rumah tangga, dan yang paling ampuh adalah rencana setelah usai kebaktian… atau menggoda untuk berbincang-bincang sesama jemaat, toh kebaktian belum dimulai…

Menghasut manusia untuk tidak usah lagi membawa Alkitab, kan sudah ada di telepon genggam, daripada dianggap tidak gaul oleh teman-teman non kristen.



Tapi sekarang…. iblis sudah tidak lagi berperan sebagai penggoda (walau dulupun sang iblis selalu dikalahkan oleh malaikat pelindung dan iman jemaat).

Jika sang iblis sudah tidak lagi sebagai penggoda…, lalu siapa yang mengacaukan gereja ?

Jawabannya : MANUSIA

Hasrat, nafsu, ambisi, ke-ego-an dan keangkuhan manusialah yang membuat sang iblis lengser dari jabatannya.

Manusia berhasrat mencari jemaat sebanyak mungkin….(cukup muliakan ?), maka digunakan hadiah atau iming-iming. Manusia berambisi agar gerejanyalah yang termewah….(mulia jugakan ?), maka dibangunlah kemegahan dengan dalih untuk kemuliaan Tuhan.

Manusia bernafsu…, ber-ego…, Tuhan tidak kelihatan ini…. jadi boleh dong ngobrol dulu, transaksi atau sekedar melirik putihnya paha gadis-gadis atau bernafsu akan dada yang bidang bersalut kaus ketat…

Itulah MANUSIA ! Tidak ada seujung jaripun, campur tangan iblis di dalamnya, semua oleh dikerjakan oleh M A N U S I A.


Sang iblis sadar, kalau satu firman Tuhan telah digenapi oleh manusia. (jangan bilang kalau iblis tidak bisa membaca Alkitab)

Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” – Yakobus 1:14-15


Akhirnya, karena tidak ada yang dapat diperbuat oleh sang iblis, kini para iblis berencana untuk MENGIKUT TUHAN, menjadi hamba-NYA yang sudah pasti akan lebih setia dari manusia (tentunya tidak mungkin iblis dipecundang oleh iblis pula…).


Jika iblis akan menjadi hamba Tuhan,
apakah kita mau menjadi IBLIS berkedok orang kristen ?
.--------------

Karena ini adalah uneg-uneg dari sang iblis, maka cerita ini ditutup dengan;

GBU….. Ghost Bless Us

dan

JBU….. Jericho Bless Us

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuhan memberkati kita